TUGAS AKHIR
Desain Program Perubahan Perkembangan
“Cerebral Palcy”
Di susun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata
Kuliah Psikologi Perkembangan yang Diampu Oleh:
Ibu Latifah Nur Ahyani, S.psi, MA
Di
SUSUN OLEH :
Eka
Safaati (2013-60-027)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Subyek
Frenando
(Nando) , lahir di Kudus pada tanggal 22 Mei 2009 yang saat ini berusia 4
tahun. Nando merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Putra bungsu dari Ibu Purwaningsih
dan Nor Hidayat yang bertempat tinggal di Bae Kudus. Nando lebih sering diasuh
oleh neneknya karena Kedua orang tua Nando sibuk bekerja di salah satu perusahaan yang berbeda
di kota kudus.
Dilihat
Secara fisik Nando merupakan anak dengan sosok yang lucu, periang, dan
menggemaskan dan membuat setiap orang yang melihat nando menjadi gemas dan
ingin sekali untuk mendekatinya. Namun di balik itu semua ternyata Nando
mengalami gangguan perkembangannya yaitu gangguan kognitif, gangguan persepsi,
gangguan komunikasi dan gangguan perkembangan kemampuan motorik.
Gangguan
kognitif dan gangguan persepsi yang
dialami Nando seperti belum mampu menyelesaikan aktifitas sederhana seperti
menyelesaikan atau menyamakan bentuk bola pintar (Alat Permainan Educatif) sesuai dengan bentuknya.
Gangguan
komunikasi seperti kemampuan bicara
Nando yang mengalami keterlambatan karena kerusakan otak yang mengakibatkan
kekakuan kelayuan pada otot-otot lidah, pipi, bibir dan tenggorokan sehingga
Nando tidak dapat berbicara dengan lancar.
Gangguan
perkembangan motorik seperti belum bisa
menggapai sesuatu, duduk dengan baik, berguling, merangkak, dan berjalanpun
Nando masih dengan bantuan.
Penyebab
dari gangguan-gangguan yang dialami Nando tersebut adalah dikarenakan Nando mengalami
Cerebral Palcy yang disebabkan oleh gangguan neurologis pada diri Nando yaitu
pada waktu bayi, Nando terlahir prematur sehingga perkembangan pembuluh darah
ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau
karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa berbagai serangkaian masalah yang membuat Nando
mengalami gangguan kognitif, gangguan persepsi, gangguan komunikasi dan
gangguan perkembangan kemampuan motorik disebabkan karena Nando terlahir
prematur sehingga mengalami keterlambatan dalam perkembangannya.
B. Tujuan
Program
1. Membantu
Subyek (Nando) agar paham saat di panggil namanya.
2. Agar
Subyek (Nando) mampu memahami instruksi sederhana.
3. Agar
Subyek (Nando) mampu mengidentifikasi reseptif bagian tubuhnya.
4. Membantu
Subyek (Nando) agar mampu berkonsentarasi dan melatih kemampuan persepsi subyek
supaya lebih baik.
5. Melatih
bagian saraf oral dan motorik subyek.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Cerebral Palcy
Cerebral palsy menurut asal katanya
berasal dari dua kata, yaitu cerebral atau cerebrum yang berarti otak, dan
palsy yang berarti kekakuan. Menurut arti kata, cerebral palsy berarti kekakuan
yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam otak. Dimana anak
yang menderita Cerebral palsy dapat mengalami gangguan syaraf permanen
yang mengakibatkan anak terganggu fungsi motorik kasar, motorik
halus, juga kemampuan bicara atau komunikasi dan gangguan kognitif serta
gangguan lainnya.
Cerebral mengacu pada otak, yang
merupakan daerah yang terkena otak (meskipun gangguan yang paling mungkin
melibatkan hubungan antara korteks dan bagian lain dari otak seperti otak
kecil), dan ''palsy'' mengacu pada gangguan gerakan. Cerebral palsy
menggambarkan sekelompok gangguan permanen perkembangan gerakan dan postur
tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan
nonprogressive yang terjadi di otak janin atau bayi berkembang.
Seperti yang dikutip
dari situs WebMD, sebanyak 10% CP terjadi selama proses kelahiran, 70-80%
terjadi di dalam kandungan. Bayi lahir prematur berisiko mengalami CP. CP
biasanya berkembang pada usia 2 atau 3 tahun dan ini merupakan gangguan otak
nonprogressive, berarti kerusakan otak tidak terus memburuk sepanjang hidup.
Namun, gejala akibat kerusakan otak sering mengalami perubahan dari waktu ke
waktu, kadangkala menjadi lebih baik dan kadangkala semakin parah.
CP adalah salah satu
penyebab paling umum dari kecacatan kronis anak-anak,
Sekitar 10.000 bayi yang didiagnosis mengidap CP dan sampai 1.500 anak prasekolah di AS diakui mengidap CP setiap tahunnya. The United Cerebral Palsy Association memperkirakan bahwa lebih dari 764.000 orang Amerika memiliki CP.
Sekitar 10.000 bayi yang didiagnosis mengidap CP dan sampai 1.500 anak prasekolah di AS diakui mengidap CP setiap tahunnya. The United Cerebral Palsy Association memperkirakan bahwa lebih dari 764.000 orang Amerika memiliki CP.
Ketidakmampuan-ketidakmampuan
kognitif, adakalanya dirujuk sebagai penundaan perkembangan, seringkali
dihubungkan dengan cerebral palsy. Sampai dengan 50% dari pasien-pasien dengan
cerebral palsy mempunyai ketidakmampuan-ketidakmampian kognitif. Bagaimanapun,
banyak dari anak-anak ini dapat dididik dan dipimpin ke kehidupan-kehidupan
yang produktif. Adalah juga sama pentingnya untuk mencatat bahwa banyak
anak-anak dengan gangguan motor yang parah yang disebabkan oleh cerebral palsy,
seperti kasusnya dengan banyak anak-anak dengan bentuk choreoathetotic atau diplegic
dari cerebral palsy, adalah hanya terganggu secara intelektual dengan ringan
atau sama sekali tidak.
Kelemahan pada CP pada umumnya
bersifat "kaku" (spastik) (7% - 80%) hal ini sesuai dengan
gangguan otak yang mengelola fungsi motorik. Selain tipe yang
"kaku" dapat juga dijumpai adanya gangguan gerak yaitu terdapat
gerakan-gerakan tak terkendali (athetosis) atau gerakan yang terpaku (distonia)
yang djumpai pada 10% - 20% penderita CP. Bila daerah otak kecil yang terganggu
akan ditemukan gejala gangguan keseimbangan (ataksia) yang dijumpai pada
5% - 10% penderita CP. Namun seringkali ditemukan CP yang bentuk campuran,
mungkin antara bentuk "kaku" (spastik) dengan athetosis
atau ataksia atau bentuk kombinasi yang lain.
Spektrum gangguan motorik
pada CP adalah bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Tentu saja akan
lebih mudah mendeteksi bila dijumpai secara klinik adanya kelainan neurologis
dan atau kelainan medis lain secara nyata (derajat sedang sampai berat)
daripada yang derajat ringan. Bentuk yang ringan seringkali tidak jelas secara
pemeriksaan klinis (subklinis) seringkali dijumpai adanya penyimpangan
dan keterlambatan perkembangan motorik. Sehingga perlu diwaspadai
kemungkinan CP bila dijumpai adanya perkembangan motorik yang terlambat
atau tidak sesuai dengan yang umum (menyimpang). Contoh keterlambatan
perkembangan motorik antara lain : Belum dapat tengkurap dari posisi
terlentang sampai umur 8 bulan, Tidak dapat duduk sampai umur 16 bulan, Tidak
dapat merambat sampai 16 bulan, Tidak dapat berjalan sampai umur 18 bulan.
Gejala lain
yang sering membuat problema adalah kontrol yang buruk pada
otot-otot mulut dan lidah sehingga sering "ngeces" yang dapat
menyebabkan iritasi kulit yang juga berdampak sosial akan terisolir dari
kelompoknya . Kesulitan makan dan mengunyah akibat gangguan motorik pada
mulut, menyebabkan asupan makanan yang buruk yang menyebabkan pertumbuhan gizi
tak tercukupi, sehingga menyebabkan rentan terhadap infeksi, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
B. Gejala Cerebral Palsy
Gejala muncul sebelum anak berusia
dua tahun. Pada kasus yang berat, bisa muncul ketika anak berusia beberapa
bulan. Gejala berupa kekakuan tubuh, perubahan bentuk lengan dan tungkai.
Gejala lain berupa kecerdasan di bawah normal, keterbelakangan mental, kejang,
gangguan menghisap atau makan, pernafasan tidak teratur, gangguan bicara,
gangguan penglihatan, gangguan persendian.
Dalam semua
jenis cerebral palsy, bicaranya sulit dimengerti karena anak ini mengalami
kesulitan dalam mengontrol ototnya, termasuk otot bicaranya. Kebanyakan anak
yang menderita cerebral palsy mempunyai cacat lain, seperti kecerdasan di bawah
rata-rata, beberapa diantaranya menderita keterbelakangan mental parah. Namun
40% dari anak-anak ini mempunyai kecerdasan normal atau mendekati normal.
Kira-kira 25%, paling sering yang menderita jenis spastic, menderita epilepsi
(ayan).
Hambatan
perkembangan yang disebabkan oleh keterbatasan fungsi gerak sangat mempengaruhi
eksplorasi lingkungan, sehingga menggambat perkembangan fungsi kognitif.
C.
Penyebab
(Etiologi) Cerebral Palcy
Menurut
Assjari (1995), penyebab terjadinya cerebral palsy dapat dilihat dari sudut
pandang kapan terjadinya, yaitu pada saat prenatal, natal dan postnatal.
1.
Pre-natal (sebelum lahir):
·
malformasi kongenital (kelainan struktur tubuh karena
proses dalam kandungan),
·
infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan
kelainan janin (misalnya: TORCH, atau infeksi virus lainnya),
·
Bayi dalam kandungan terkena radiasi, dimana radiasi
langsung dapat mempengaruhi syaraf pusat sehingga struktur dan fungsi otak
terganggu.
·
Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta,
plasenta previa, anoksia maternal, atau tali pusat yang abnormal).
·
Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 40 tahun (Nelson, 1994)
·
Keracunan kehamilan, kontaminasi air
raksa pada makanan, rokok dan alkohol.
·
Siklus menstruasi yang panjang
2.
Natal (saat lahir):
·
Proses kelahiran terlalu lama sehingga bayi kekurangan
oksigen, dimana apabila kekurangan oksigen terjadi dapat menyebabkan system
metabolisme dalam otak bayi mengakibatkan jaringan syaraf pusat mengalami
kerusakan.
·
Perdarahan intra kranial (di dalam tengkorak),
·
Trauma lahir, dan
·
Bayi lahir sebelum waktunya atau Prematuritas (lahir
sebelum 36 minggu), dimana secara organis tubuhnya belum matang
sehingga fisiologisnya mengalami kelainan dan rentannya bayi dalam terkena
infeksi atau penyakit yang dapat merusak system persyarafan pusat bayi.
·
Bayi kembar (Soetjiningsih, 1995).
·
Perdarahan pada trimester ketiga.
3.
Post-natal (setelah kelahiran):
·
trauma kepala,
·
infeksi : meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan
pertama kehidupan (Anonim,2002), septicaemia, influenza, measles dan pnumonia.
(Eve, et al., 1982).
·
kernicterus (kekuningan).
·
Keracunan karbonmonoksida, logam berat.
·
Tumor otak.
D.
Dampak
Cerebral Palcy
1)
Dalam Segi Fisik
Dalam segi fisik anak cerebral palsy
mengalami hambatan gerak atau motorik seperti adanya gerakan melimpah (overflow
movement). Ketika anak ingin menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut
bergerak tanpa sengaja, kurang koordinasi motorik halus (fine motor) kurang
dalam penghayatan tubuh (body image), kekurangan pemahaman dalam hubungan
keruangan dan bingung lateritas (confused laterality). Hambatan tersebut dapat
dilihat ketika anak melakukan aktivitas berdiri, berjalan, berolahraga, belajar
menulis dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan anak sulit untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
2)
Dalam Segi Kecerdasan
Hampir tidak pernah ditemukan
seorang anak cerebral palsy memiliki kecerdasan yang tinggi (Latief V.:1983).
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kecerdasan anak-anak Cerebral Palsy pada
umumnya bergerak antara kecerdasan normal sampai tingkat kecerdasan dibawah rata-rata.
Sebagian besar dari mereka bahkan diketahui mengalami kelambatan dalam proses
berpikir dan termasuk dalam kategori terbelakang mental. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikemukakan Latief V bahwa lebih dari 50% penderita cerebral palsy
spastic dan athetoid disertai gejala keterbelakangan mental ; namun demikian
dari penderita cerebral palsy dengan keterbelakangan mental, setengah dari
jumlah tersebut dapat diberikan pendidikan.
3)
Dalam segi kemampuan bicara, pendengaran dan
penglihatan
Sebagian anak cerebral palsy
disertai dengan speech defect, seperti apa yang dikemukakan Soeharso (1982:179)
“Dari 100 anak yang mempunyai cerebral palsy, umumnya sejumlah 50 anak
menderita speech defect”.
Kecacatan ini disebabkan karena
kerusakan di daerah otak yang mengakibatkan kekakuan atau kelayuan pada
otot-otot lidah, pipi, bibir dan tenggorokan, sehingga karena otot-otot tadi
sudah rusak, anak tidak mungkin dapat berbicara dengan lancar.
Sedangkan dalam hal pendengaran,
diantara anak cerebral palsy ada pula yang mempunyai hambatan pendengaran.
Dalam hal ini, ada pula anak cerebral palsy yang disertai gangguan penglihatan.
4)
Dalam Segi Kepribadian
Ketidaksempurnaan fisik yang
dimiliki anak-anak cerebral palsy dapat mempengaruhi kepribadian dan tingkah
laku mereka. Dengan adanya ketidaksempurnaan fisik tadi, anak cerebral palsy
mengalami hambatan-hambatan di dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga
menimbulkan ketegangan-ketegangan emosi dan perasaan tidak aman pada mereka.
Akibat lebih jauh, mereka akan menampakkan tindakan-tindakan negative yang
tidak sesuai dengan norma-norma lingkungan, seperti tindakan afeksi, proteksi,
menuntut perhatian yang lebih, menentang untuk memikul tanggung jawab, pemarah,
merasa rendah diri, kurang percaya diri dan sebagainya.
BAB III
DESAIN DAN MEKANISME
Pertemuan
|
Tema
|
Waktu
/
alat
|
Kompetensiluar
|
Tahapan
treatment
|
Pertemuan
1
|
-
Perkenalan
-
Kontak mata
-
Respon terhadap nama.
-
Membuat subyek merasa nyaman dengan terapis
|
-
60 Menit
-
1 Meja cekung dan 2 kursi,mainan.
|
-
Subyek dapat merespon namanya dan dapat mengenal terapis sekaligus membuat
subyek merasa nyaman dengan terapis sehingga dapat berinteraksi dengan kontak
mata.
|
-
Memanggil nama subyek “Nando” dan melakukan hal tersebut secara
berulang-ulang sampai subyek merespon panggilan tersebut.
-Panggil
nama anak dengan prompt dengan cara memegang setinggi mata terapis, kegiatan
tersebut diulang sampai subyek melihat terapis tanpa dengan Prompt lagi.
-
Memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan ketika subyek merespon
panggilan tersebut.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
2
|
-
Perkenalan.
-
Kontak mata.
-
Respon terhadap nama.
-
Membuat subyek merasa nyaman dengan terapis.
|
-
60 Menit
-
1 Meja cekung dan 2 kursi,mainan.
|
-
Subyek dapat merespon namanya dan dapat mengenal terapis sekaligus membuat
subyek merasa nyaman dengan terapis sehingga dapat berinteraksi dengan kontak
mata.
|
-
Memanggil nama subyek “Nando” dan melakukan hal tersebut secara
berulang-ulang sampai subyek merespon panggilan tersebut.
-Panggil
nama anak dengan prompt dengan cara memegang setinggi mata terapis, kegiatan
tersebut diulang sampai subyek melihat terapis tanpa dengan Prompt lagi.
-
Memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan ketika subyek merespon
panggilan tersebut.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
3
|
-Melatih
kemampuan menyamakan dengan APE
|
-
60 Menit
-
1 Meja cekung dan 2 kursi, APE ( Bola Pintar)
|
-
Subyek mampu menyelesaikan dan menyamakan berbagai macam bentuk yang terdapat
di dalam permainan bola pintar dengan baik.
|
-Memberikan
mainan “Bola Pintar” dan memberikan Prompt kepada subyek untuk memasukkannya
satu persatu sesuai dengan bentuknya sampai subyek mampu melakukannya sendiri
tanpa Prompt lagi.
-Kembali
memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu memasukkannya dengan
benar berupa pujian dan tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
4
|
-Melatih
kemampuan menyamakan dengan APE
|
-
60 Menit
-
1 Meja cekung dan 2 kursi, APE ( Bola Pintar).
|
-
Subyek mampu menyelesaikan dan menyamakan berbagai macam bentuk yang terdapat
di dalam permainan bola pintar dengan baik.
|
-Memberikan
mainan “Bola Pintar” dan memberikan Prompt kepada subyek untuk memasukkannya
satu persatu sesuai dengan bentuknya sampai subyek mampu melakukannya sendiri
tanpa Prompt lagi.
-Kembali
memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu memasukkannya dengan
benar berupa pujian dan tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
5
|
-Melatih
aspek kognitif subyek dengan cara melatih koordinasi dan konsentrasi subyek.
|
-60
Menit.
- Meja cekung, 2 kursi dan Puzzle bentuk
balok/Lego.
|
-Subyek
mampu memasang dan melepas Pazzle dengan tepat secara mandiri.
|
-Terapis
memberikan Puzzle kepada subyek kemudian terapis menginstruksikan kepada
subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Memberikan
reward kepada subyek ketika subyek mampu mengikuti apa yang terapis lakukan
tadi dengan pujian dan tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
6
|
-Melatih
aspek kognitif subyek dengan cara melatih koordinasi dan konsentrasi subyek.
|
-60
Menit.
- Meja cekung, 2 kursi dan Puzzle bentuk
balok/Lego.
|
-Subyek
mampu memasang dan melepas Pazzle dengan tepat secara mandiri.
|
-Terapis
memberikan Puzzle kepada subyek kemudian terapis menginstruksikan kepada
subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Memberikan
reward kepada subyek ketika subyek mampu mengikuti apa yang terapis lakukan
tadi dengan pujian dan tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
7
|
-Membongkar
pasang sekaligus mengenalkan anggota tubuh dengan media “Puzzle Man Body”
|
-60
Menit.
-1
Meja cekung, 2 kursi dan media Puzzle Man Body.
|
-subyek
mampu membongkar pasang dan mengidentifikasi anggota tubuh dengan benar.
|
-Menunjukkan
dan mengenalkan gambar atau potongan puzzle kepala, perut, tangan dan kaki.
-Terapis
menunjukkan dan mengenalkan gambar potongan kepala dan perut kemudian menginstruksikan
kepada subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Kembali
memberikan reward kepada subyek ketika mampu menunjukkan dan membongkar
pasang potongan kepala dan perut, berupa pujian dan tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
8
|
-Mengulang
perkenaalan dan mengidentifikasi anggota tubuh dengan media Puzzle Man Body.
|
-60
Menit.
-1
meja cekung, 2 kursi dan Puzzle Man Body.
|
-Subyek
mampu mengidentifikasi anggota tubuh dengan benar.
|
-
Terapis menunjukkan dan mengenalkan gambar potongan Tangan dan Kaki kemudian
menginstruksikan kepada subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Kembali
memberikan reward kepada subyek ketika mampu menunjukkan dan membongkar pasang
potongan Tangan dan Kaki, berupa pujian dan tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
9
|
-Mengidentifikasi
reseptif bagian tubuhnya.
|
-60
Menit.
-1
Kursi.
|
-Subyek
mampu menunjukkan dan mengidentifikasi anggota tubuh subyek dengan benar.
|
-Terapis
memperagakan dan memberikan instruksi kepada subyek untuk menunjukkan letak
kepala dan perut seperti, “mana kepala Nando?, mana Perut Nando?”.
-Memberikan
reward kepada subyek ketika subyek mampu menunjukkan letak kepala dan perut
subyek dengan cara memberikan pujian dan tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
10
|
-Mengulang
Mengidentifikasi reseptif bagian tubuhnya.
|
-60
Menit.
-1
Kursi.
|
-
Subyek mampu menunjukkan dan mengidentifikasi anggota tubuh subyek dengan
benar.
|
-Terapis
memperagakan dan memberikan instruksi kepada subyek untuk menunjukkan letak
Tangan dan kaki seperti, “mana Tangan Nando?, mana Kaki Nando?”.
-Memberikan
reward kepada subyek ketika subyek mampu menunjukkan letak Tangan dan kaki
subyek dengan cara memberikan pujian dan tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
11
|
-Menyamakan
warna
|
-60
Menit.
-Bola
dengan berbagai macam warna.
|
-Subyek
mampu membedakan warna dengan media bola warna-warni.
|
-Terapis
memberikan banyak bola dengan
warna yang sama dan satu bola
warna yang berbeda kemudian mengarahkan subyek untuk mengambil warna yang
berbeda.
-
Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu mengambil bola yang
berbeda warna dengan yang lainnya dengan cara memberikan pujian dan tepuk
tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
12
|
-Menyamakan
warna
|
-60
Menit.
-Bola
dengan berbagai macam warna.
|
-Subyek
mampu membedakan warna dengan media bola warna-warni.
|
-Terapis
memberikan banyak bola dengan
warna yang sama dan satu bola
warna yang berbeda kemudian mengarahkan subyek untuk mengambil warna yang
berbeda.
-
Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu mengambil bola yang
berbeda warna dengan yang lainnya dengan cara memberikan pujian dan tepuk
tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
13
|
-Melatih
bagian saraf oral subyek dengan potongan-potongan kertas kecil.
|
-60
Menit.
-1
meja cekung, 2 kursi dan potongan-potongan kertas kecil yang berwarna-warni.
|
-Subyek
mampu meniup potongan –potongan kertas tersebut sehingga potongan kertas
tersebut berhamburan keluar dari wadah.
|
-Memanggil
nama “Nando” dan memberikan instruksi kepada subyek untuk melipat tanggannya
diatas meja agar bisa duduk dengan baik.
-Terapis
memberikan contoh kepada subyek kemudian terapis memberikan instruksi kepada
subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Kembali
memberikan reward kepada subyek ketika mampu meniup potongan-potongan kertas
tersebut dengan pujian dan tepuk tangan.
-Kegiatan
tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon
yang diharapkan.
|
Pertemuan
14
|
-Melatih
bagian saraf oral subyek dengan potongan-potongan kertas kecil.
|
-60
Menit.
-1
meja cekung, 2 kursi dan potongan-potongan kertas kecil yang berwarna-warni.
|
-Subyek
mampu meniup potongan –potongan kertas tersebut sehingga potongan kertas
tersebut berhamburan keluar dari wadah.
|
-Memanggil
nama “Nando” dan memberikan instruksi kepada subyek untuk melipat tanggannya
diatas meja agar bisa duduk dengan baik.
-Terapis
memberikan contoh kepada subyek kemudian terapis memberikan instruksi kepada
subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Kembali
memberikan reward kepada subyek ketika mampu meniup potongan-potongan kertas
tersebut dengan pujian dan tepuk tangan.
-Kegiatan
tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon
yang diharapkan.
|
Pertemuan
15
|
-Melatih
aspek kognitif beserta motorik subyek
|
-60
Menit.
-lakban
coklat yang direkatkan dilantai sepanjang 2 meter, jiplakan kaki subyek yang
di tempel di lantai dengan warna yang berbeda.
|
-Subyek
mampu berjalan sesuai dengan garis dan jiplakan kaki yang direkatkan atau
ditempel dilantai.
|
-Terapis
menuntun “Nando” untuk berjalan dan memberikan instruksi kepada nando untuk
berjalan sesuai dengan garis dan jiplakan kaki yang tertempel di lantai.
-Memberikan
reward kepada subyek ketika subyek mampu mengikuti instruksi Terapis, berupa
pujian dan Tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
Pertemuan
16
|
-Melatih
aspek kognitif beserta motorik subyek
|
-60
Menit.
-lakban
coklat yang direkatkan dilantai sepanjang 2 meter, jiplakan kaki subyek yang
di tempel di lantai dengan warna yang berbeda.
|
-Subyek
mampu Berdiri tegak dan berjalan sesuai dengan garis dan jiplakan kaki yang
direkatkan atau ditempel dilantai.
|
-Terapis
menuntun “Nando” untuk berjalan dan memberikan instruksi kepada nando untuk
berjalan sesuai dengan garis dan jiplakan kaki yang tertempel di lantai.
-Memberikan
reward kepada subyek ketika subyek mampu mengikuti instruksi Terapis, berupa
pujian dan Tepuk tangan.
-
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan
respon yang diharapkan.
|
A.
Pembahasan
Pada bab
sebelumnya telah dibahas bahwa subyek (Nando) mengalami gangguan dalam
perkembangannya, gangguan perkembangan yang diderita subyek seperti gangguan
kognitif, gangguan persepsi, gangguan komunikasi dan gangguan perkembangan
kemampuan motorik sehingga subyek mengalami keterlambatan dalam
perkembangannya.
Gangguan
kognitif dan gangguan persepsi yang
dialami Nando seperti belum mampu menyelesaikan aktifitas sederhana seperti
menyelesaikan atau menyamakan bentuk bola pintar (Alat Permainan Educatif) sesuai dengan bentuknya. Subyek juga pada saat dipanggil namanya subyek tidak
merespon karena pemahaman pada saat subyek dipanggil belum ada. Subyek juga
belum mampu mengidentifikasi secara reseptif bagian tubuhnya.
Gangguan
komunikasi seperti kemampuan bicara
Nando yang mengalami keterlambatan karena kerusakan otak yang mengakibatkan
kekakuan kelayuan pada otot-otot lidah, pipi, bibir dan tenggorokan sehingga
Nando tidak dapat berbicara dengan lancar.
Gangguan
perkembangan motorik seperti belum bisa
menggapai sesuatu, duduk dengan baik, berguling, merangkak, dan berjalanpun
Nando masih dengan bantuan.
Penyebab dari gangguan-gangguan
yang dialami Nando tersebut adalah dikarenakan Nando mengalami Cerebral Palcy. Cerebral
palsy menurut asal katanya berasal dari dua kata, yaitu cerebral atau cerebrum
yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan. Menurut arti kata, cerebral
palsy berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di
dalam otak. Dimana anak yang menderita Cerebral palsy dapat mengalami
gangguan syaraf permanen yang mengakibatkan anak terganggu fungsi motorik
kasar, motorik halus, juga kemampuan bicara atau komunikasi dan gangguan
kognitif seperti yang subyek alami sekarang.
Ketidakmampuan-ketidakmampuan
kognitif, adakalanya dirujuk sebagai penundaan perkembangan, seringkali
dihubungkan dengan cerebral palsy. Sampai dengan 50% dari pasien-pasien dengan
cerebral palsy mempunyai ketidakmampuan-ketidakmampian kognitif. Seperti yang
sekarang Subyek alami, Subyek (Nando) belum mampu mengidentifikasi reseptif
bagian tubuhnya, belum mampu memahami intruksi sederhana seperti kata masukkan,
tiru, samakan dll, serta ketika di panggilpun subyek belum mengerti (Pemahaman
nama saat dipanggil) belum ada, konsentrasi subyek dan kemampuan persepsi
subyek yang buruk. Tidak hanya pada kemampuan kognitif saja yang mengalami
keterlambatan akan tetapi karena keterlambatan pada perkembangan kognitif
subyek berdampak pada perkembangan motorik subyek (Nando) baik motorik halus
maupun motorik kasar.
Gejala lain yang nampak pada subyek (Nando) adalah
subyek (Nando) sering ngeces karena Subyek memiliki kontrol yang buruk
pada otot-otot mulut dan lidah sehingga sering "ngeces" hal
tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit yang juga berdampak sosial akan
terisolir dari kelompoknya . Kesulitan makan dan mengunyah akibat gangguan motorik pada mulut, menyebabkan asupan
makanan yang buruk yang menyebabkan pertumbuhan gizi tak tercukupi,
sehingga menyebabkan rentan terhadap infeksi pada
mulut seperti sariawan yang sering subyek alami serta gangguan
pertumbuhan dan perkembangannya.
Dari serangkaian masalah yang dialami subyek
dilakukanlah pendampingan treatment untuk membantu masalah perkembangannya. Dalam pendampingan treatment
tersebut terapis menggunakan terapi kognitif dengan menggunakan metode alat permainan edukasi
(APE).
APE adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai
pendidikan (edukatif) dan dapat merangsang pertumbuhan otak pengembangan
seluruh aspek kemampuan (potensi) pada anak.
Perkembangan kognitif dapat
dirangsang melalui permainan seperti alat permainan edukasi (APE) tersebut. Hal
ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia
tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
melatih konsentrasi pada anak, sehingga fungsi bermain pada model demikian akan
meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya. Tidak hanya pada
perkembangan kognitif saja akan tetapi
pada APE tersebut khususnya untuk anak yang menderita gangguan cerebral palcy
sekaligus dapat merangsang
perkembangan dalam segi
motoriknya. Pada gangguan cerebral palcy
yang pada umumnya
bersifat "kaku" (spastik) (7% - 80%) hal ini sesuai dengan
gangguan otak yang mengelola fungsi motorik khusunya dalam menstimulasi perkembangan
motorik halus seperti pada saat Subyek (Nando) menjumput mainannya, meraba, dan
memegang dengan kelima jarinya. Sedangkan rangsangan motorik kasar
didapat Subyek (Nando) saat menggerak-gerakan mainnya, melempar, mengangkat,
dan sebagainya.
Kemampuan kognitif adalah suatu
proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Yuliani,2006). Menurut para
ahli dalam Sujiono, dkk (2006 : 29) kemampuan
perkembangan kognitif antara lain
mengelompokkan benda yang
memiliki persamaan warna, bentuk, dan ukuran, mencocokkan lingkaran, segitiga, dan segiempat serta
mengenali dan menghitung angka 1 sampai 20.
Hurlock
dalam Sujiono (2006 : 27) mengatakan bahwa “usia 3-5 tahun adalah masa
“permainan”. Bermain dengan benda atau alat permainan dimulai sejak usia satu
tahun pertama dan akan mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Pada mulanya
anak mengeksplorasi mainannya antara usia 2 dan 3 tahun, kemudian mereka
membayangkan mainannya mempunyai sifat hidup (dapat bergerak, berbicara, dan
merasakan), misalnya anak mengajak
berbicara boneka kesayangannya. Bermain merupakan media yang amat diperlukan
untuk proses berpikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui
pengalaman yang cara berpikir anak-anak.
Latar
belakang dibuatnya APE adalah sebagai upaya merangsang kemampuan fisik motorik
anak (aspek psikomotor), kemampuan Sosoal emosional (aspek afektif), serta
kemampuan kecerdasan pada anak (aspek
Kognitif). Prinsip-prinsip APE merupakan prinsip produktifitas, kreativitas,
aktifitas, afektif dan efisien, serta menarik dan menyenangkan. Dari sudut pandang materinya,
APE harus mampu mengembangkan daya pikir (kognisi), daya cepat, aspek bahasa,
motorik dan keterampilan. Melalui alat yang digunakan sebagai sarana alat
bermain , sehingga anak diharapkan mampu mengembangkan fungsi intelegensinya,
emosi dan spiritual sehingga muncul kecerdasan yang melejit dan khususnya untuk
anak yang memiliki gangguan cerebral palcy melalui metode tersebut dapat
merangsang saraf-saraf pada otak dalam aspek perkembangan kognitifnya.
Alat permainan edukatif dimanfaatkan
sebagai saran terapi bermain oleh karena mempunyai tujuan, antara lain :
1.
Menanamkan rasa
percaya anak terhadap terapis, di mana anak merasa bahwa terapis akan bermaksud
baik menolong dirinya.
2.
Mengevaluasi kondisi proses berfikir (kognitif),
emosional dan komunikasi dari anak. Dalam proses terapi, selama anak bermain,
terapis dapat mengamati bagaimana cara anak bermain. Dari sinilah dapat diamati
kondisi awal dari proses berfikirnya dan dapat pula diikuti kemajuaannya.
Kondisi emosi dapat diamati dari ekspresi anak dan keinginan untuk bermain
lagi. Proses terapi dianggap bermanfaat, apabila anak menunjukan emosi yang
positif selama proses terapi tersebut.
3.
Memacu
perkembangan anak. Anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan
akan nampak kemajuan dari aspek perkembangan yang terlambat tersebut.
4.
Memperbaiki prilaku anak. Anak-anak yang memiliki
prilaku menyimpang dengan keteraturan dan peraturan dalam APE tersebut, anak secara tidak langsung akan
berusaha menginternalisasi keteraturan dan peraturan tersebut.
5.
Menimbulkan
rasa aman dan bahagia. Selama dan setelah anak bermain,
akan timbul perasaan puas atas upaya yang telah dilakukan. Hal ini akan
menimbulkan rasa aman dan bahagia.
Alat permainan edukasi (APE) yang dipergunakan dalam
pemberian treatment atau perlakuan pada anak Cerebral Palcy yang dialami oleh
subyek (Nando) adalah seperti Bola Pintar (Puzzle Geometri), Lego, Puzzel
Anggota Tubuh (Puzzle Man Body), Bola berukuran kecil dengan anaka macam warna,
Potongan-potongan kertas kecil dalam wadah, lakban coklat yang dilekatkan
dilantai sepanjang dua meter serta kertas warna-warni yang ditempelkan di
lantai berbentuk telapak kaki.
APE Bola
Pintar (Puzzle Geometri), Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat
mengembangkan keterampilan mengenali
bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lain-lain)
Pengenalan aneka bentuk geometri, Pengenalan terhadap warna, Melatih
kreatifitas, motorik halus dan emosi, Melatih konsentrasi, Melatih koordinasi
tangan dan mata, Merangsang daya pikir anak, Melatih kreatifitas dan imajinasi anak. Anak akan dilatih untuk
mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan bentuk puzzlenya (melatih
aspek Kognitif) Semuanya itu dilakukan sambil bermain.
Mainan ini
bermanfaat untuk mengenalkan bentuk-bentuk dasar kepada anak-anak. Selain itu anak
dapat melatih kemampuan berpikir logisnya untuk meletakkan benda pada lubang
yang tepat sesuai dengan bentuk yang ada.
Dengan menstimulasi perkembangan kognitif
menggunakan APE Bola pintar yang terapis lakukan, Walaupun Subyek di awal belum
mau menyelesaikan APE (Bola Pintar) tersebut dan subyek hanya
melempar-lemparkan bentuk-bentuk yang ada di dalam APE selama sesi treatment
berlangsung. Seiring berjalannya treatment, konsentrasi subyek dan daya pikir
subyek, dengan menggunakan media APE tersebut mulai muncul dan subyek mampu
memasukkan bentuk-bentuk APE yang ada di Bola pintar sesuai dengan lubang yang
tersedia dalam bola pintar tersebut. Serta mengenai stimulasi perkembangan
motorik halus (seperti ketika menjumput mainannya, meraba, dan memegang dengan
kelima jarinya) di sekitar area jari-jari tangan subyek yang dahulu masih kaku
sekarang dengan media Bola pintar tersebut perkembangan motorik halusnya
menglami kemajuan dari sebelumnya. Sehingga dalam pemberian treatment
menggunakan media APE Bola Pintar khususnya untuk perkembangan kognitif
berhasil dilakukan sehingga subyek mampu menyelesaikan APE Bola pintar
tersebut.
APE Lego, Lego
adalah suatu jenis permainan yang terdiri dari berbagai macam potongan aneka
bentuk bangun ruang seperti balok, prisma
ataupun tabung yang memiliki suatu sistem knock-down pada salah satu sisinya
sehingga bisa dibongkar dan dipasangkan kembali. Permainan lego ini dapat
disusun dan disatukan antar bagian agar terbentuk suatu bangun ruang yang
variatif. Terdapat banyak sekali jenis permainan lego yang beredar di pasaran,
mulai dari yang berharga relatif murah hingga yang berharga relatif mahal
tergantung dari mutu bahan dan jumlah
potongan lego. Permainan lego ini ternyata memiliki berbagai manfaat bagi
tumbuh-kembang kecerdasan (aspek kognitif). Berikut ini beberapa
kegunaan dan manfaat mainan lego yaitu:
§ Parsial.
Kecerdasan parsial atau kecerdasan ruang termasuk diantaranya kecerdasan
dimensional anak dapat dilatih dan dikembangkan dalam menyusun potongan
balok ataupun kubus ketika disusun secara vertikal ataupun horisontal.
Konsep dasar bangun ruang mengenai panjang, lebar dan tinggi sebuah bangun.
§ Kreatifitas dan imajinasi.
Daya imajinasi dan kreatifitas anak dapat dilatih dan dikembangkan
dalam permainan lego ini. Membuat
rumah-rumahan atau robot-robotan yang memiliki keanekaragaman bentuk dan pola
merupakan stimulasi dasar dalam mengembangkan daya kreatifitas dan imajinasi
balita dalam menyusun sebuah bangun ruang.
§ Analitis.
Kemampuan analitis anak didasarkan pada pengamatan dan kesesuaian antar pilihan
bentuk bangun dengan model atau bentuk bangunan yang sesungguhnya. Misalnya
bentuk atap rumah adalah segitiga
sedangkan bentuk roda adalah bulat dan bentuk bola adalah bundar.
§ Melatih
koordinasi tangan dan mata.
Anak dapat melatih koordinasi tangan
dan mata untuk menyatukan kepingan-kepingan lego dan menyusunnya menjadi satu
bangunan.
§ Ketrampilan.
Ketrampilan dalam menyeimbangkan
penyusunan block atau potongan balok agar tidak mudah jatuh ataupun tetap kokoh
dalam posisinya bisa dilatih juga. Anak akan mengembangkan ketrampilan desain
konstruksi bangunan yang tepat disesuaikan dengan tingkat kestabilan struktur.
§ Motorik halus.
Ketelitian dalam menyatukan atau memasangkan antar bentuk agar dapat menyatu
dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan motorik halus pada
anak.
Telah dapat diketahui diatas mengenai berbagai macam manfaat
APE Lego untuk menstimulasi perkembangan pada anak khususnya CP dalam pemberian
treatment untuk subyek dengan mengguanakan media APE Lego, terapis lebih
menekankan pada aspek kognitif subyek dengan cara melatih konsentrasi dan
koordinasi yaitu ketelitian dalam menyatukan atau
memasangkan antar bentuk lego agar dapat menyatu, hal ini berguna untuk melatih
dan mengembangkan kemampuan motorik halus pada subyek (Nando). Dengan
menstimulasi perkembangan kognitif menggunakan APE Lego yang terapis lakukan,
Walaupun Subyek di awal masih merasa kesulitan akan tetapi seiring berjalannya
treatment Subyek (Nando) berhasil memasangkan lego tersebut.
APE Puzzle Man Body (Puzzle Anggota Tubuh), salah satu jenis
Puzzle yang memiliki potongan-potongan dari anggota tubuh manusia yang terdiri dari potongan kepala,
tangan, perut dan potongan kaki. Permainan
Puzzle tersebut mempunyai banyak manfaat, diantaranya :
·
Meningkatkan kemampuan berpikir dan membuat anak
belajar berkonsentrasi.
Saat bermain puzzle, anak akan
melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan
berkonsentrasi untuk menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut.
·
Melatih koordinasi tangan dan mata.
Anak dapat melatih koordinasi tangan
dan mata untuk mencocokkan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi
satu gambar.
·
Meningkatkan Keterampilan Kognitif.
Keterampilan kognitif (cognitive
skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik
bagi anak balita karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan
warna yang menarik. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah
yaitu menyusun gambar.
·
Melatih kesabaran
Dengan bermain puzzle anak bisa
belajar melatih kesabarannya dalam menyelesaikan suatu tantangan.
·
Melatih daya ingat
Bermain puzzle akan melatih daya
ingat anak tentang bentuk dan warna puzzle yang yang akan disusun. Anak akan
mengingat gambar yang dilihat sebelum menyusunnya.
·
Melatih nalar
Puzzle dalam bentuk manusia akan
melatih nalar mereka. Anak akan menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, kaki
dan lain-lain sesuai dengan logika. Jika sudah menaruh bagian kepala
berarti perut ada di bagian bawahnya.
Dari serangkaian manfaat untuk menstimulasi
perkembangan kognitif yang terapis lakukan untuk pemberian treatment kepada
subyek yang ada pada media APE Puzzle Man Body, berdasarkan hasil treatment, subyek
sudah dapat memasangkan potongan kepala dan perut dari puzzle tersebut akan
tetapi subyek masih merasa kesulitan dalam memasangkan potongan tangan dan kaki
pada puzzle tersebut. Pada sesi pemberian treatment ini, terapis sekaligus
mengaplikasiakan berbagai anggota tubuh yang ada di media APE Puzzle Man Body
pada anggota tubuh subyek mulai dari
kepala, perut, tangan, dan kaki subyek. pada sesi tersebut subyek mampu
menunjukkan bagian-bagian anggota tubuh yang terapis sebutkan.
APE Bola
berukuran kecil dengan anaka macam warna, bermanfaat untuk mengenalkan warna yang berguna untuk melatih aspek perkembangan kognitif pada anak
tersebut. Tidak hanya pada aspek perkembangan kognitifnya saja akan tetapi pada
segi aspek motorik. Pada motorik halusnya yaitu diperoleh saat anak menjumput,
meraba, memegang bola tersebut dengan
kelima jarinya. Sedangkan rangsangan
motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakan mainnya, melempar,
mengangkat, dan sebagainya.
APE dengan
Potongan-potongan kertas kecil dalam wadah, Kekuatan otot mulut anak adalah salah satu aspek yang
sangat penting sebagai modal dasar untuk berbicara dengan artikulasi yang
jelas. Jika anak masih terdengar cadel saat
berbicara, masih kesulitan mengunyah, dan sebagainya mungkin disebabkan oleh
otot mulutnya yang belum terlalu kuat. Oleh karena itu.
Hal ini dilakukan dengan cara meniup potongan kertas kecil yang berwarna-warni
yang ditaruh dalam wadah sehingga nanti ketika ditiup potongan kertas tersebut
berhamburan keluar. Hal tersebut melatih oral motorik pada anak dengan
menggunakan kertas warna-warna ini sangat penting untuk mengaktifkan saraf-saraf disekitar
oral serta melatih
kekuatan otot mulut atau oral motor anak.
APE dengan
lakban coklat yang dilekatkan dilantai sepanjang dua meter serta kertas
warna-warni yang ditempelkan di lantai berbentuk telapak kaki. Hal
tersebut bergun untuk melatih aspek
perkembangan kognitif pada anak, karena anak dituntut untuk berjalan sesuai
dengan garis lakban sepanjang 2 meter tersebut. Tidak hanya pada aspek
kognitifnya saja akan tetapi juga melatih aspek motorik pada anak tersebut.
Berdasarkan treatment yang telah dilaksanakan dengan
metode terapi kognitif menggunakan media
Alat Permainan Edukatif (APE) tersebut Subyek (Nando) mengalami perubahan atau
peningkatan positif dari segi kognitif dan motorik seperti:
Dalam segi kognitifnya , seperti kemampuan persepsi
subyek yang meningkat, Subyek sudah faham ketika subyek (Nando) dipanggil
namanya. Padahal dulu ketika terapis bertemu subyek (Nando) subyek belum faham ketika dipanggil namanya,
Subyek mampu memahami intruksi sederhana seperti kata Tiru, Masukkan, Samakan,
Duduk, Lihat ke sini, Tangan di lipat dan lain-lain, Subyek juga sudah mampu
mengidentifikasi reseptif anggota tubuhnya mulai dari kepala, tangan, perut,
dan kaki.
Dalam segi motorik halusnya, kekakuan-kekakuan di area
sekitar saraf pada tangan sudah mulai berkurang dari sebelumnya. Subyek sudah
dapat menjumput mainan atau alat peraga APE, merabanya, dan memegang dengan
kelima jarinya.
Namun pemberian Treatment dalam hal menyamakan warna, perkembangan saraf oral
dan motorik kasar. Seperti meniup potongan kertas kecil yang berwarna-warni
dalam wadah, lakban coklat yang dilekatkan dilantai sepanjang dua meter serta
kertas warna-warni yang ditempelkan di lantai berbentuk telapak kaki. Pada
subyek, belum bisa terlaksanakan dikarenakan pada pertemuan akhir yaitu pada
pertemuan ke 16 subyek (Nando) masih pada tahap pemberian treatment berupa
puzzle man boddy untuk aspek perkembangan kognitif serta motorik halus subyek.
pada pertemuan akhir tersebut subyek masih kesulitan dalam hal memasangkan
potongan tangan dan kaki pada media puzzle tersebut sehingga terapis tidak
ingin beralih melanjutkan pada treatment selanjutnya sebelum subyek dapat
menyelesaikan atau memasangkan potongan tangan dan kaki dari puzzle tersebut
dengan baik dan benar.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A.
Kesimpulan
Cerebral palsy menurut arti kata
berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam
otak. Dimana anak yang menderita CP dapat mengalami gangguan syaraf
permanen yang mengakibatkan anak terganggu fungsi motorik kasar, motorik
halus, juga kemampuan bicara atau komunikasi dan gangguan kognitif serta
gangguan lainnya.
Ketidakmampuan-ketidakmampuan
kognitif, adakalanya dirujuk sebagai penundaan perkembangan, seringkali
dihubungkan dengan cerebral palsy. Sampai dengan 50% dari pasien-pasien dengan
cerebral palsy mempunyai ketidakmampuan-ketidakmampian kognitif.
Cerebral palsy menggambarkan
sekelompok gangguan permanen perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan
keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan nonprogressive yang
terjadi di otak janin atau bayi berkembang.
Bayi lahir prematur
berisiko mengalami CP. CP biasanya berkembang pada usia 2 atau 3 tahun dan ini
merupakan gangguan otak nonprogressive, berarti kerusakan otak tidak terus
memburuk sepanjang hidup. Namun, gejala akibat kerusakan otak sering mengalami
perubahan dari waktu ke waktu, kadangkala menjadi lebih baik dan kadangkala
semakin parah.
Berdasarkan treatment yang telah dilaksanakan dengan metode terapi kognitif
menggunakan media Alat Permainan Edukatif (APE) tersebut Subyek (Nando)
mengalami perubahan atau peningkatan positif dari segi perkembangan motorik dan
khususnya pada perkembangan kognitif subyek seperti:
Dalam segi kognitifnya , seperti kemampuan persepsi subyek yang meningkat,
Subyek sudah faham ketika subyek (Nando) dipanggil namanya, Subyek mampu
memahami intruksi sederhana seperti kata Tiru, Masukkan, Samakan, Duduk, Lihat
ke sini, Tangan di lipat dan lain-lain, Subyek juga sudah mampu
mengidentifikasi reseptif anggota tubuhnya mulai dari kepala, tangan, perut,
dan kaki.
Dalam segi motorik halusnya, kekakuan-kekakuan di area sekitar saraf pada
tangan sudah mulai berkurang dari sebelumnya. Subyek sudah dapat menjumput
mainan atau alat peraga APE, merabanya, dan memegang dengan kelima jarinya.
B.
Saran
1.
Pihak
Orangtua
Dengan mengetahui beberapa gejala CP diharapkan orang
tua akan lebih mampu memahami kondisi anaknya yang mengalami gangguan Cerebral
Palsy. Jalan yang terbaik adalah :
a)
Memahami kondisi anak.
b)
Berkonsultasi dengan dokter.
c)
Terapi secara teratur.
d)
dan yang terpenting adalah dukungan dari lingkungan
keluarga, karena dukungan dari keluarga akan menumbuhkan kepercayaan diri pada
anak dan berdampak pada motivasi anak dalam melakukan berbagai kegiatan,
2.
Pihak
Terapis
Menjalin kerjasama dengan pihak orang
tua sehingga kedua belah pihak dapat saling memantau perkembangan dan keadaan
anak dan dapat lebih baik lagi dalam mengatasi keadaan yang terjadi pada anak
tersebut.
The best online casino site in UK for you! - Lucky Club
BalasHapusJoin our huge range of online casino sites in 2021, including Slots, Roulette and Blackjack, 카지노사이트luckclub with over 30 casino games!
Hard Rock Hotel & Casino Lake Tahoe - Mapyro
BalasHapusSearch for 대전광역 출장샵 Hard Rock Hotel & 광양 출장마사지 Casino Lake 양주 출장마사지 Tahoe, 동해 출장샵 Lake Tahoe 경기도 출장마사지 with live traffic updates, reviews and Uber price estimates based on 1,077 reviews.