Selasa, 05 Agustus 2014

Desain Program Perubahan Perkembangan “Cerebral Palcy”


TUGAS AKHIR
Desain Program Perubahan Perkembangan
“Cerebral Palcy”
Di susun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Perkembangan yang Diampu Oleh:
Ibu Latifah Nur Ahyani, S.psi, MA



Di SUSUN OLEH :
Eka Safaati (2013-60-027)

 

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Subyek
Frenando (Nando) , lahir di Kudus pada tanggal 22 Mei 2009 yang saat ini berusia 4 tahun. Nando merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Putra bungsu dari Ibu Purwaningsih dan Nor Hidayat yang bertempat tinggal di Bae Kudus. Nando lebih sering diasuh oleh neneknya karena Kedua orang tua Nando sibuk  bekerja di salah satu perusahaan yang berbeda di kota kudus.
Dilihat Secara fisik Nando merupakan anak dengan sosok yang lucu, periang, dan menggemaskan dan membuat setiap orang yang melihat nando menjadi gemas dan ingin sekali untuk mendekatinya. Namun di balik itu semua ternyata Nando mengalami gangguan perkembangannya yaitu gangguan kognitif, gangguan persepsi, gangguan komunikasi dan gangguan perkembangan kemampuan motorik.
Gangguan kognitif dan gangguan persepsi  yang dialami Nando seperti belum mampu menyelesaikan aktifitas sederhana seperti menyelesaikan atau menyamakan bentuk bola pintar (Alat Permainan Educatif)  sesuai dengan bentuknya.
Gangguan komunikasi seperti  kemampuan bicara Nando yang mengalami keterlambatan karena kerusakan otak yang mengakibatkan kekakuan kelayuan pada otot-otot lidah, pipi, bibir dan tenggorokan sehingga Nando tidak dapat berbicara dengan lancar.
Gangguan perkembangan motorik seperti  belum bisa menggapai sesuatu, duduk dengan baik, berguling, merangkak, dan berjalanpun Nando masih dengan bantuan.
Penyebab dari gangguan-gangguan yang dialami Nando tersebut adalah dikarenakan Nando mengalami Cerebral Palcy yang disebabkan oleh gangguan neurologis pada diri Nando yaitu pada waktu bayi, Nando terlahir prematur sehingga perkembangan pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.



Jadi dapat disimpulkan bahwa berbagai serangkaian masalah yang membuat Nando mengalami gangguan kognitif, gangguan persepsi, gangguan komunikasi dan gangguan perkembangan kemampuan motorik disebabkan karena Nando terlahir prematur sehingga mengalami keterlambatan dalam perkembangannya.

B.     Tujuan Program
1.      Membantu Subyek (Nando) agar paham saat di panggil namanya.
2.      Agar Subyek (Nando) mampu memahami instruksi sederhana.
3.      Agar Subyek (Nando) mampu mengidentifikasi reseptif bagian tubuhnya.
4.      Membantu Subyek (Nando) agar mampu berkonsentarasi dan melatih kemampuan persepsi subyek supaya lebih baik.
5.      Melatih bagian saraf oral dan motorik subyek.




BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian Cerebral Palcy
Cerebral palsy menurut asal katanya berasal dari dua kata, yaitu cerebral atau cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan. Menurut arti kata, cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam otak. Dimana anak yang menderita Cerebral palsy dapat mengalami gangguan syaraf permanen yang mengakibatkan anak terganggu fungsi motorik kasar, motorik halus, juga kemampuan bicara atau komunikasi dan gangguan kognitif serta gangguan lainnya.
Cerebral mengacu pada otak, yang merupakan daerah yang terkena otak (meskipun gangguan yang paling mungkin melibatkan hubungan antara korteks dan bagian lain dari otak seperti otak kecil), dan ''palsy'' mengacu pada gangguan gerakan. Cerebral palsy menggambarkan sekelompok gangguan permanen perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan nonprogressive yang terjadi di otak janin atau bayi berkembang.
Seperti yang dikutip dari situs WebMD, sebanyak 10% CP terjadi selama proses kelahiran, 70-80% terjadi di dalam kandungan. Bayi lahir prematur berisiko mengalami CP. CP biasanya berkembang pada usia 2 atau 3 tahun dan ini merupakan gangguan otak nonprogressive, berarti kerusakan otak tidak terus memburuk sepanjang hidup. Namun, gejala akibat kerusakan otak sering mengalami perubahan dari waktu ke waktu, kadangkala menjadi lebih baik dan kadangkala semakin parah.
CP adalah salah satu penyebab paling umum dari kecacatan kronis anak-anak,
Sekitar 10.000 bayi yang didiagnosis mengidap CP dan sampai 1.500 anak prasekolah di AS diakui mengidap CP setiap tahunnya. The United Cerebral Palsy Association memperkirakan bahwa lebih dari 764.000 orang Amerika memiliki CP.
Ketidakmampuan-ketidakmampuan kognitif, adakalanya dirujuk sebagai penundaan perkembangan, seringkali dihubungkan dengan cerebral palsy. Sampai dengan 50% dari pasien-pasien dengan cerebral palsy mempunyai ketidakmampuan-ketidakmampian kognitif. Bagaimanapun, banyak dari anak-anak ini dapat dididik dan dipimpin ke kehidupan-kehidupan yang produktif. Adalah juga sama pentingnya untuk mencatat bahwa banyak anak-anak dengan gangguan motor yang parah yang disebabkan oleh cerebral palsy, seperti kasusnya dengan banyak anak-anak dengan bentuk choreoathetotic atau diplegic dari cerebral palsy, adalah hanya terganggu secara intelektual dengan ringan atau sama sekali tidak.

Kelemahan pada CP pada umumnya bersifat "kaku" (spastik) (7% - 80%) hal ini sesuai dengan gangguan otak yang mengelola fungsi motorik. Selain tipe yang "kaku" dapat juga dijumpai adanya gangguan gerak yaitu terdapat gerakan-gerakan tak terkendali (athetosis) atau gerakan yang terpaku (distonia) yang djumpai pada 10% - 20% penderita CP. Bila daerah otak kecil yang terganggu akan ditemukan gejala gangguan keseimbangan (ataksia) yang dijumpai pada 5% - 10% penderita CP. Namun seringkali ditemukan CP yang bentuk campuran, mungkin antara bentuk "kaku" (spastik) dengan athetosis atau ataksia atau bentuk kombinasi yang lain.
Spektrum gangguan motorik pada CP adalah bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Tentu saja akan lebih mudah mendeteksi bila dijumpai secara klinik adanya kelainan neurologis dan atau kelainan medis lain secara nyata (derajat sedang sampai berat) daripada yang derajat ringan. Bentuk yang ringan seringkali tidak jelas secara pemeriksaan klinis (subklinis) seringkali dijumpai adanya penyimpangan dan keterlambatan perkembangan motorik. Sehingga perlu diwaspadai kemungkinan CP bila dijumpai adanya perkembangan motorik yang terlambat atau tidak sesuai dengan yang umum (menyimpang). Contoh keterlambatan perkembangan motorik antara lain : Belum dapat tengkurap dari posisi terlentang sampai umur 8 bulan, Tidak dapat duduk sampai umur 16 bulan, Tidak dapat merambat sampai 16 bulan, Tidak dapat berjalan sampai umur 18 bulan.
Gejala lain yang sering membuat problema adalah kontrol yang buruk pada otot-otot mulut dan lidah sehingga sering "ngeces" yang dapat menyebabkan iritasi kulit yang juga berdampak sosial akan terisolir dari kelompoknya . Kesulitan makan dan mengunyah akibat gangguan motorik pada mulut, menyebabkan asupan makanan yang buruk yang menyebabkan pertumbuhan gizi tak tercukupi, sehingga menyebabkan rentan terhadap infeksi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
B.     Gejala Cerebral Palsy
Gejala muncul sebelum anak berusia dua tahun. Pada kasus yang berat, bisa muncul ketika anak berusia beberapa bulan. Gejala berupa kekakuan tubuh, perubahan bentuk lengan dan tungkai. Gejala lain berupa kecerdasan di bawah normal, keterbelakangan mental, kejang, gangguan menghisap atau makan, pernafasan tidak teratur, gangguan bicara, gangguan penglihatan, gangguan persendian.
Dalam semua jenis cerebral palsy, bicaranya sulit dimengerti karena anak ini mengalami kesulitan dalam mengontrol ototnya, termasuk otot bicaranya. Kebanyakan anak yang menderita cerebral palsy mempunyai cacat lain, seperti kecerdasan di bawah rata-rata, beberapa diantaranya menderita keterbelakangan mental parah. Namun 40% dari anak-anak ini mempunyai kecerdasan normal atau mendekati normal. Kira-kira 25%, paling sering yang menderita jenis spastic, menderita epilepsi (ayan).
Hambatan perkembangan yang disebabkan oleh keterbatasan fungsi gerak sangat mempengaruhi eksplorasi lingkungan, sehingga menggambat perkembangan fungsi kognitif.

C.    Penyebab (Etiologi) Cerebral Palcy
Menurut Assjari (1995), penyebab terjadinya cerebral palsy dapat dilihat dari sudut pandang kapan terjadinya, yaitu pada saat prenatal, natal dan postnatal.
1.      Pre-natal (sebelum lahir):
·         malformasi kongenital (kelainan struktur tubuh karena proses dalam kandungan),
·         infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya: TORCH, atau infeksi virus lainnya),
·         Bayi dalam kandungan terkena radiasi, dimana radiasi langsung dapat mempengaruhi syaraf pusat sehingga struktur dan fungsi otak terganggu.
·         Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, atau tali pusat yang abnormal).
·         Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun (Nelson, 1994)
·         Keracunan kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok dan alkohol.
·         Siklus menstruasi yang panjang
2.      Natal (saat lahir):
·         Proses kelahiran terlalu lama sehingga bayi kekurangan oksigen, dimana apabila kekurangan oksigen terjadi dapat menyebabkan system metabolisme dalam otak bayi mengakibatkan jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
·         Perdarahan intra kranial (di dalam tengkorak),
·         Trauma lahir, dan
·         Bayi lahir sebelum waktunya atau Prematuritas (lahir sebelum 36 minggu), dimana secara organis tubuhnya belum matang sehingga fisiologisnya mengalami kelainan dan rentannya bayi dalam terkena infeksi atau penyakit yang dapat merusak system persyarafan pusat bayi.
·         Bayi kembar (Soetjiningsih, 1995).
·         Perdarahan pada trimester ketiga.
3.      Post-natal (setelah kelahiran):
·         trauma kepala,
·         infeksi : meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan (Anonim,2002), septicaemia, influenza, measles dan pnumonia. (Eve, et al., 1982).
·         kernicterus (kekuningan).
·         Keracunan karbonmonoksida, logam berat.
·         Tumor otak.
D.    Dampak Cerebral Palcy
1)      Dalam Segi Fisik
Dalam segi fisik anak cerebral palsy mengalami hambatan gerak atau motorik seperti adanya gerakan melimpah (overflow movement). Ketika anak ingin menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut bergerak tanpa sengaja, kurang koordinasi motorik halus (fine motor) kurang dalam penghayatan tubuh (body image), kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan dan bingung lateritas (confused laterality). Hambatan tersebut dapat dilihat ketika anak melakukan aktivitas berdiri, berjalan, berolahraga, belajar menulis dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan anak sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2)      Dalam Segi Kecerdasan
Hampir tidak pernah ditemukan seorang anak cerebral palsy memiliki kecerdasan yang tinggi (Latief V.:1983). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kecerdasan anak-anak Cerebral Palsy pada umumnya bergerak antara kecerdasan normal sampai tingkat kecerdasan dibawah rata-rata. Sebagian besar dari mereka bahkan diketahui mengalami kelambatan dalam proses berpikir dan termasuk dalam kategori terbelakang mental. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Latief V bahwa lebih dari 50% penderita cerebral palsy spastic dan athetoid disertai gejala keterbelakangan mental ; namun demikian dari penderita cerebral palsy dengan keterbelakangan mental, setengah dari jumlah tersebut dapat diberikan pendidikan.
3)      Dalam segi kemampuan bicara, pendengaran dan penglihatan
Sebagian anak cerebral palsy disertai dengan speech defect, seperti apa yang dikemukakan Soeharso (1982:179) “Dari 100 anak yang mempunyai cerebral palsy, umumnya sejumlah 50 anak menderita speech defect”.
Kecacatan ini disebabkan karena kerusakan di daerah otak yang mengakibatkan kekakuan atau kelayuan pada otot-otot lidah, pipi, bibir dan tenggorokan, sehingga karena otot-otot tadi sudah rusak, anak tidak mungkin dapat berbicara dengan lancar.
Sedangkan dalam hal pendengaran, diantara anak cerebral palsy ada pula yang mempunyai hambatan pendengaran. Dalam hal ini, ada pula anak cerebral palsy yang disertai gangguan penglihatan.

4)      Dalam Segi Kepribadian
Ketidaksempurnaan fisik yang dimiliki anak-anak cerebral palsy dapat mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku mereka. Dengan adanya ketidaksempurnaan fisik tadi, anak cerebral palsy mengalami hambatan-hambatan di dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan ketegangan-ketegangan emosi dan perasaan tidak aman pada mereka. Akibat lebih jauh, mereka akan menampakkan tindakan-tindakan negative yang tidak sesuai dengan norma-norma lingkungan, seperti tindakan afeksi, proteksi, menuntut perhatian yang lebih, menentang untuk memikul tanggung jawab, pemarah, merasa rendah diri, kurang percaya diri dan sebagainya.


BAB III
DESAIN DAN MEKANISME

Pertemuan
Tema
Waktu
/ alat
Kompetensiluar
Tahapan treatment
Pertemuan 1

- Perkenalan
- Kontak mata
- Respon terhadap nama.
- Membuat subyek merasa nyaman dengan terapis
- 60 Menit
- 1 Meja cekung dan 2 kursi,mainan.
- Subyek dapat merespon namanya dan dapat mengenal terapis sekaligus membuat subyek merasa nyaman dengan terapis sehingga dapat berinteraksi dengan kontak mata.
- Memanggil nama subyek “Nando” dan melakukan hal tersebut secara berulang-ulang sampai subyek merespon panggilan tersebut.
-Panggil nama anak dengan prompt dengan cara memegang setinggi mata terapis, kegiatan tersebut diulang sampai subyek melihat terapis tanpa dengan Prompt lagi.
- Memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan ketika subyek merespon panggilan tersebut.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 2
- Perkenalan.
- Kontak mata.
- Respon terhadap nama.
- Membuat subyek merasa nyaman dengan terapis.
- 60 Menit
- 1 Meja cekung dan 2 kursi,mainan.
- Subyek dapat merespon namanya dan dapat mengenal terapis sekaligus membuat subyek merasa nyaman dengan terapis sehingga dapat berinteraksi dengan kontak mata.
- Memanggil nama subyek “Nando” dan melakukan hal tersebut secara berulang-ulang sampai subyek merespon panggilan tersebut.
-Panggil nama anak dengan prompt dengan cara memegang setinggi mata terapis, kegiatan tersebut diulang sampai subyek melihat terapis tanpa dengan Prompt lagi.
- Memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan ketika subyek merespon panggilan tersebut.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 3
-Melatih kemampuan menyamakan dengan APE
- 60 Menit
- 1 Meja cekung dan 2 kursi, APE ( Bola Pintar)
- Subyek mampu menyelesaikan dan menyamakan berbagai macam bentuk yang terdapat di dalam permainan bola pintar dengan baik.
-Memberikan mainan “Bola Pintar” dan memberikan Prompt kepada subyek untuk memasukkannya satu persatu sesuai dengan bentuknya sampai subyek mampu melakukannya sendiri tanpa Prompt lagi.
-Kembali memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu memasukkannya dengan benar berupa pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 4
-Melatih kemampuan menyamakan dengan APE
- 60 Menit
- 1 Meja cekung dan 2 kursi, APE ( Bola Pintar).
- Subyek mampu menyelesaikan dan menyamakan berbagai macam bentuk yang terdapat di dalam permainan bola pintar dengan baik.
-Memberikan mainan “Bola Pintar” dan memberikan Prompt kepada subyek untuk memasukkannya satu persatu sesuai dengan bentuknya sampai subyek mampu melakukannya sendiri tanpa Prompt lagi.
-Kembali memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu memasukkannya dengan benar berupa pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 5
-Melatih aspek kognitif subyek dengan cara melatih koordinasi dan konsentrasi subyek.
-60 Menit.
-  Meja cekung, 2 kursi dan Puzzle bentuk balok/Lego.
-Subyek mampu memasang dan melepas Pazzle dengan tepat secara mandiri.
-Terapis memberikan Puzzle kepada subyek kemudian terapis menginstruksikan kepada subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu mengikuti apa yang terapis lakukan tadi dengan pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 6
-Melatih aspek kognitif subyek dengan cara melatih koordinasi dan konsentrasi subyek.
-60 Menit.
-  Meja cekung, 2 kursi dan Puzzle bentuk balok/Lego.
-Subyek mampu memasang dan melepas Pazzle dengan tepat secara mandiri.
-Terapis memberikan Puzzle kepada subyek kemudian terapis menginstruksikan kepada subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu mengikuti apa yang terapis lakukan tadi dengan pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 7
-Membongkar pasang sekaligus mengenalkan anggota tubuh dengan media “Puzzle Man Body”
-60 Menit.
-1 Meja cekung, 2 kursi dan media Puzzle Man Body.
-subyek mampu membongkar pasang dan mengidentifikasi anggota tubuh dengan benar.
-Menunjukkan dan mengenalkan gambar atau potongan puzzle kepala, perut, tangan dan kaki.
-Terapis menunjukkan dan mengenalkan gambar potongan kepala dan perut kemudian menginstruksikan kepada subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Kembali memberikan reward kepada subyek ketika mampu menunjukkan dan membongkar pasang potongan kepala dan perut, berupa pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 8
-Mengulang perkenaalan dan mengidentifikasi anggota tubuh dengan media Puzzle Man Body.
-60 Menit.
-1 meja cekung, 2 kursi dan Puzzle Man Body.
-Subyek mampu mengidentifikasi anggota tubuh dengan benar.
- Terapis menunjukkan dan mengenalkan gambar potongan Tangan dan Kaki kemudian menginstruksikan kepada subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Kembali memberikan reward kepada subyek ketika mampu menunjukkan dan membongkar pasang potongan Tangan dan Kaki, berupa pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 9
-Mengidentifikasi reseptif bagian tubuhnya.
-60 Menit.
-1 Kursi.
-Subyek mampu menunjukkan dan mengidentifikasi anggota tubuh subyek dengan benar.
-Terapis memperagakan dan memberikan instruksi kepada subyek untuk menunjukkan letak kepala dan perut seperti, “mana kepala Nando?, mana Perut Nando?”.
-Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu menunjukkan letak kepala dan perut subyek dengan cara memberikan pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 10
-Mengulang Mengidentifikasi reseptif bagian tubuhnya.
-60 Menit.
-1 Kursi.
- Subyek mampu menunjukkan dan mengidentifikasi anggota tubuh subyek dengan benar.
-Terapis memperagakan dan memberikan instruksi kepada subyek untuk menunjukkan letak Tangan dan kaki seperti, “mana Tangan Nando?, mana Kaki Nando?”.
-Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu menunjukkan letak Tangan dan kaki subyek dengan cara memberikan pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 11
-Menyamakan warna
-60 Menit.
-Bola dengan berbagai macam warna.
-Subyek mampu membedakan warna dengan media bola warna-warni.
-Terapis memberikan banyak bola dengan  warna  yang sama dan satu bola warna yang berbeda kemudian mengarahkan subyek untuk mengambil warna yang berbeda.
- Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu mengambil bola yang berbeda warna dengan yang lainnya dengan cara memberikan pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.

Pertemuan 12
-Menyamakan warna
-60 Menit.
-Bola dengan berbagai macam warna.
-Subyek mampu membedakan warna dengan media bola warna-warni.
-Terapis memberikan banyak bola dengan  warna  yang sama dan satu bola warna yang berbeda kemudian mengarahkan subyek untuk mengambil warna yang berbeda.
- Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu mengambil bola yang berbeda warna dengan yang lainnya dengan cara memberikan pujian dan tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 13
-Melatih bagian saraf oral subyek dengan potongan-potongan kertas kecil.
-60 Menit.
-1 meja cekung, 2 kursi dan potongan-potongan kertas kecil yang berwarna-warni.
-Subyek mampu meniup potongan –potongan kertas tersebut sehingga potongan kertas tersebut berhamburan keluar dari wadah.
-Memanggil nama “Nando” dan memberikan instruksi kepada subyek untuk melipat tanggannya diatas meja agar bisa duduk dengan baik.
-Terapis memberikan contoh kepada subyek kemudian terapis memberikan instruksi kepada subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Kembali memberikan reward kepada subyek ketika mampu meniup potongan-potongan kertas tersebut dengan pujian dan tepuk tangan.
-Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 14
-Melatih bagian saraf oral subyek dengan potongan-potongan kertas kecil.
-60 Menit.
-1 meja cekung, 2 kursi dan potongan-potongan kertas kecil yang berwarna-warni.
-Subyek mampu meniup potongan –potongan kertas tersebut sehingga potongan kertas tersebut berhamburan keluar dari wadah.
-Memanggil nama “Nando” dan memberikan instruksi kepada subyek untuk melipat tanggannya diatas meja agar bisa duduk dengan baik.
-Terapis memberikan contoh kepada subyek kemudian terapis memberikan instruksi kepada subyek untuk mengikuti apa yang terapis lakukan.
-Kembali memberikan reward kepada subyek ketika mampu meniup potongan-potongan kertas tersebut dengan pujian dan tepuk tangan.
-Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 15
-Melatih aspek kognitif beserta motorik subyek
-60 Menit.
-lakban coklat yang direkatkan dilantai sepanjang 2 meter, jiplakan kaki subyek yang di tempel di lantai dengan warna yang berbeda.
-Subyek mampu berjalan sesuai dengan garis dan jiplakan kaki yang direkatkan atau ditempel dilantai.
-Terapis menuntun “Nando” untuk berjalan dan memberikan instruksi kepada nando untuk berjalan sesuai dengan garis dan jiplakan kaki yang tertempel di lantai.
-Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu mengikuti instruksi Terapis, berupa pujian dan Tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.
Pertemuan 16
-Melatih aspek kognitif beserta motorik subyek
-60 Menit.
-lakban coklat yang direkatkan dilantai sepanjang 2 meter, jiplakan kaki subyek yang di tempel di lantai dengan warna yang berbeda.
-Subyek mampu Berdiri tegak dan berjalan sesuai dengan garis dan jiplakan kaki yang direkatkan atau ditempel dilantai.
-Terapis menuntun “Nando” untuk berjalan dan memberikan instruksi kepada nando untuk berjalan sesuai dengan garis dan jiplakan kaki yang tertempel di lantai.
-Memberikan reward kepada subyek ketika subyek mampu mengikuti instruksi Terapis, berupa pujian dan Tepuk tangan.
- Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai subyek menunjukkan respon yang diharapkan.




 A.    Pembahasan
Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa subyek (Nando) mengalami gangguan dalam perkembangannya, gangguan perkembangan yang diderita subyek seperti gangguan kognitif, gangguan persepsi, gangguan komunikasi dan gangguan perkembangan kemampuan motorik sehingga subyek mengalami keterlambatan dalam perkembangannya.
Gangguan kognitif dan gangguan persepsi  yang dialami Nando seperti belum mampu menyelesaikan aktifitas sederhana seperti menyelesaikan atau menyamakan bentuk bola pintar (Alat Permainan Educatif)  sesuai dengan bentuknya. Subyek juga  pada saat dipanggil namanya subyek tidak merespon karena pemahaman pada saat subyek dipanggil belum ada. Subyek juga belum mampu mengidentifikasi secara reseptif bagian tubuhnya.
Gangguan komunikasi seperti  kemampuan bicara Nando yang mengalami keterlambatan karena kerusakan otak yang mengakibatkan kekakuan kelayuan pada otot-otot lidah, pipi, bibir dan tenggorokan sehingga Nando tidak dapat berbicara dengan lancar.
Gangguan perkembangan motorik seperti  belum bisa menggapai sesuatu, duduk dengan baik, berguling, merangkak, dan berjalanpun Nando masih dengan bantuan.
Penyebab dari gangguan-gangguan yang dialami Nando tersebut adalah dikarenakan Nando mengalami Cerebral Palcy. Cerebral palsy menurut asal katanya berasal dari dua kata, yaitu cerebral atau cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan. Menurut arti kata, cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam otak. Dimana anak yang menderita Cerebral palsy dapat mengalami gangguan syaraf permanen yang mengakibatkan anak terganggu fungsi motorik kasar, motorik halus, juga kemampuan bicara atau komunikasi dan gangguan kognitif seperti yang subyek alami sekarang.
Ketidakmampuan-ketidakmampuan kognitif, adakalanya dirujuk sebagai penundaan perkembangan, seringkali dihubungkan dengan cerebral palsy. Sampai dengan 50% dari pasien-pasien dengan cerebral palsy mempunyai ketidakmampuan-ketidakmampian kognitif. Seperti yang sekarang Subyek alami, Subyek (Nando) belum mampu mengidentifikasi reseptif bagian tubuhnya, belum mampu memahami intruksi sederhana seperti kata masukkan, tiru, samakan dll, serta ketika di panggilpun subyek belum mengerti (Pemahaman nama saat dipanggil) belum ada, konsentrasi subyek dan kemampuan persepsi subyek yang buruk. Tidak hanya pada kemampuan kognitif saja yang mengalami keterlambatan akan tetapi karena keterlambatan pada perkembangan kognitif subyek berdampak pada perkembangan motorik subyek (Nando) baik motorik halus maupun motorik kasar.
Gejala lain yang nampak pada subyek (Nando) adalah subyek (Nando) sering ngeces karena Subyek memiliki kontrol yang buruk pada otot-otot mulut dan lidah sehingga sering "ngeces" hal tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit yang juga berdampak sosial akan terisolir dari kelompoknya . Kesulitan makan dan mengunyah akibat gangguan  motorik pada mulut, menyebabkan asupan makanan yang buruk yang menyebabkan pertumbuhan gizi tak tercukupi, sehingga menyebabkan  rentan terhadap infeksi pada  mulut seperti sariawan yang sering subyek alami serta gangguan pertumbuhan dan perkembangannya.
Dari serangkaian masalah yang dialami subyek dilakukanlah pendampingan treatment untuk membantu masalah  perkembangannya. Dalam pendampingan treatment tersebut terapis menggunakan terapi kognitif dengan  menggunakan metode alat permainan edukasi (APE).
APE adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat merangsang pertumbuhan otak pengembangan seluruh aspek kemampuan (potensi) pada anak.
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan seperti alat permainan edukasi (APE) tersebut. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat  tinggal, mampu  membedakan  khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan melatih konsentrasi pada anak, sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya. Tidak hanya pada perkembangan  kognitif saja akan tetapi pada APE tersebut khususnya untuk anak yang menderita gangguan cerebral  palcy  sekaligus dapat merangsang  perkembangan  dalam segi motoriknya.  Pada gangguan cerebral palcy yang pada umumnya bersifat "kaku" (spastik) (7% - 80%) hal ini sesuai dengan gangguan otak yang mengelola fungsi motorik  khusunya dalam menstimulasi perkembangan motorik halus seperti pada saat Subyek (Nando) menjumput mainannya, meraba, dan memegang dengan kelima jarinya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapat Subyek (Nando) saat menggerak-gerakan mainnya, melempar, mengangkat, dan sebagainya.
Kemampuan kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Yuliani,2006). Menurut para ahli dalam Sujiono, dkk (2006 : 29) kemampuan  perkembangan kognitif antara lain  mengelompokkan  benda yang memiliki persamaan warna, bentuk, dan ukuran, mencocokkan  lingkaran, segitiga, dan segiempat serta mengenali dan menghitung angka 1 sampai 20.
Hurlock dalam Sujiono (2006 : 27) mengatakan bahwa “usia 3-5 tahun adalah masa “permainan”. Bermain dengan benda atau alat permainan dimulai sejak usia satu tahun pertama dan akan mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Pada mulanya anak mengeksplorasi mainannya antara usia 2 dan 3 tahun, kemudian mereka membayangkan mainannya mempunyai sifat hidup (dapat bergerak, berbicara, dan merasakan), misalnya anak  mengajak berbicara boneka kesayangannya. Bermain merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berpikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui pengalaman yang cara berpikir anak-anak.
Latar belakang dibuatnya APE adalah sebagai upaya merangsang kemampuan fisik motorik anak (aspek psikomotor), kemampuan Sosoal emosional (aspek afektif), serta kemampuan kecerdasan  pada anak (aspek Kognitif). Prinsip-prinsip APE merupakan prinsip produktifitas, kreativitas, aktifitas, afektif dan efisien, serta menarik dan  menyenangkan. Dari sudut pandang materinya, APE harus mampu mengembangkan daya pikir (kognisi), daya cepat, aspek bahasa, motorik dan keterampilan. Melalui alat yang digunakan sebagai sarana alat bermain , sehingga anak diharapkan mampu mengembangkan fungsi intelegensinya, emosi dan  spiritual  sehingga muncul  kecerdasan yang melejit dan khususnya untuk anak yang memiliki gangguan cerebral palcy melalui metode tersebut dapat merangsang saraf-saraf pada otak dalam aspek perkembangan kognitifnya.
Alat permainan edukatif dimanfaatkan sebagai saran terapi bermain oleh karena mempunyai tujuan, antara lain :
1.      Menanamkan  rasa percaya anak terhadap terapis, di mana anak merasa bahwa terapis akan bermaksud baik menolong dirinya.
2.      Mengevaluasi kondisi proses berfikir (kognitif), emosional dan komunikasi dari anak. Dalam proses terapi, selama anak bermain, terapis dapat mengamati bagaimana cara anak bermain. Dari sinilah dapat diamati kondisi awal dari proses berfikirnya dan dapat pula diikuti kemajuaannya. Kondisi emosi dapat diamati dari ekspresi anak dan keinginan untuk bermain lagi. Proses terapi dianggap bermanfaat, apabila anak menunjukan emosi yang positif selama proses terapi tersebut.
3.      Memacu  perkembangan anak. Anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan akan nampak kemajuan dari aspek perkembangan yang terlambat tersebut.
4.      Memperbaiki prilaku anak. Anak-anak yang memiliki prilaku menyimpang dengan keteraturan dan peraturan dalam  APE tersebut, anak secara tidak langsung akan berusaha menginternalisasi keteraturan dan peraturan tersebut.
5.      Menimbulkan  rasa  aman dan  bahagia. Selama dan setelah anak bermain, akan timbul perasaan puas atas upaya yang telah dilakukan. Hal ini akan menimbulkan  rasa aman dan bahagia.
Alat permainan edukasi (APE) yang dipergunakan dalam pemberian treatment atau perlakuan pada anak Cerebral Palcy yang dialami oleh subyek (Nando) adalah seperti Bola Pintar (Puzzle Geometri), Lego, Puzzel Anggota Tubuh (Puzzle Man Body), Bola berukuran kecil dengan anaka macam warna, Potongan-potongan kertas kecil dalam wadah, lakban coklat yang dilekatkan dilantai sepanjang dua meter serta kertas warna-warni yang ditempelkan di lantai berbentuk telapak kaki.
APE Bola Pintar (Puzzle Geometri), Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan  mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lain-lain) Pengenalan aneka bentuk geometri, Pengenalan terhadap warna, Melatih kreatifitas, motorik halus dan emosi, Melatih konsentrasi, Melatih koordinasi tangan dan mata, Merangsang daya pikir anak, Melatih kreatifitas dan  imajinasi anak. Anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan bentuk puzzlenya (melatih aspek Kognitif) Semuanya itu dilakukan sambil bermain.
Mainan  ini bermanfaat untuk mengenalkan bentuk-bentuk dasar kepada anak-anak. Selain itu anak dapat melatih kemampuan berpikir logisnya untuk meletakkan benda pada lubang yang tepat sesuai dengan bentuk yang ada.
Dengan menstimulasi perkembangan kognitif menggunakan APE Bola pintar yang terapis lakukan, Walaupun Subyek di awal belum mau menyelesaikan APE (Bola Pintar) tersebut dan subyek hanya melempar-lemparkan bentuk-bentuk yang ada di dalam APE selama sesi treatment berlangsung. Seiring berjalannya treatment, konsentrasi subyek dan daya pikir subyek, dengan menggunakan media APE tersebut mulai muncul dan subyek mampu memasukkan bentuk-bentuk APE yang ada di Bola pintar sesuai dengan lubang yang tersedia dalam bola pintar tersebut. Serta mengenai stimulasi perkembangan motorik halus (seperti ketika menjumput mainannya, meraba, dan memegang dengan kelima jarinya) di sekitar area jari-jari tangan subyek yang dahulu masih kaku sekarang dengan media Bola pintar tersebut perkembangan motorik halusnya menglami kemajuan dari sebelumnya. Sehingga dalam pemberian treatment menggunakan media APE Bola Pintar khususnya untuk perkembangan kognitif berhasil dilakukan sehingga subyek mampu menyelesaikan APE Bola pintar tersebut.
APE Lego, Lego adalah suatu jenis permainan yang terdiri dari berbagai macam potongan aneka bentuk bangun  ruang seperti balok, prisma ataupun tabung yang memiliki suatu sistem knock-down pada salah satu sisinya sehingga bisa dibongkar dan dipasangkan kembali. Permainan lego ini dapat disusun dan disatukan antar bagian agar terbentuk suatu bangun ruang yang variatif. Terdapat banyak sekali jenis permainan lego yang beredar di pasaran, mulai dari yang berharga relatif murah hingga yang berharga relatif mahal tergantung dari  mutu bahan dan jumlah potongan lego. Permainan lego ini ternyata memiliki berbagai manfaat bagi tumbuh-kembang kecerdasan (aspek kognitif). Berikut ini beberapa kegunaan dan manfaat mainan lego yaitu:
§  Parsial. Kecerdasan parsial atau kecerdasan ruang termasuk diantaranya kecerdasan dimensional anak dapat dilatih dan dikembangkan dalam menyusun potongan balok ataupun kubus ketika disusun  secara vertikal ataupun horisontal. Konsep dasar bangun ruang mengenai panjang, lebar dan tinggi sebuah bangun.
§  Kreatifitas dan imajinasi. Daya imajinasi dan kreatifitas anak dapat dilatih dan dikembangkan dalam  permainan lego ini. Membuat rumah-rumahan atau robot-robotan yang memiliki keanekaragaman bentuk dan pola merupakan stimulasi dasar dalam mengembangkan daya kreatifitas dan imajinasi balita dalam menyusun sebuah bangun ruang.
§  Analitis. Kemampuan analitis anak didasarkan pada pengamatan dan kesesuaian antar pilihan bentuk bangun dengan model atau bentuk bangunan yang sesungguhnya. Misalnya bentuk  atap rumah adalah segitiga sedangkan bentuk roda adalah bulat dan bentuk bola adalah bundar.
§  Melatih koordinasi tangan dan mata.
Anak dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk menyatukan kepingan-kepingan lego dan menyusunnya menjadi satu bangunan.
§  Ketrampilan. Ketrampilan dalam  menyeimbangkan penyusunan block atau potongan balok agar tidak mudah jatuh ataupun tetap kokoh dalam posisinya bisa dilatih juga. Anak akan mengembangkan ketrampilan desain konstruksi bangunan yang tepat disesuaikan dengan tingkat kestabilan struktur.
§  Motorik halus. Ketelitian dalam menyatukan atau memasangkan antar bentuk agar dapat menyatu dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak.
Telah dapat diketahui diatas mengenai berbagai macam manfaat APE Lego untuk menstimulasi perkembangan pada anak khususnya CP dalam pemberian treatment untuk subyek dengan mengguanakan media APE Lego, terapis lebih menekankan pada aspek kognitif subyek dengan cara melatih konsentrasi dan koordinasi yaitu ketelitian dalam menyatukan atau memasangkan antar bentuk lego agar dapat menyatu, hal ini berguna untuk melatih dan mengembangkan kemampuan motorik halus pada subyek (Nando). Dengan menstimulasi perkembangan kognitif menggunakan APE Lego yang terapis lakukan, Walaupun Subyek di awal masih merasa kesulitan akan tetapi seiring berjalannya treatment Subyek (Nando) berhasil memasangkan lego tersebut.
APE Puzzle Man Body (Puzzle Anggota Tubuh), salah satu jenis Puzzle yang memiliki potongan-potongan dari anggota tubuh  manusia yang terdiri dari potongan kepala, tangan, perut dan potongan kaki. Permainan Puzzle tersebut mempunyai banyak manfaat, diantaranya :
·         Meningkatkan kemampuan berpikir dan membuat anak belajar berkonsentrasi.
Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut.
·         Melatih koordinasi tangan dan mata.
Anak dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk mencocokkan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
·         Meningkatkan Keterampilan Kognitif.
Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan  masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik bagi anak balita karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan warna yang menarik. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar.
·         Melatih kesabaran
Dengan bermain puzzle anak bisa belajar melatih kesabarannya dalam menyelesaikan suatu tantangan.
·         Melatih daya ingat
Bermain puzzle akan melatih daya ingat anak tentang bentuk dan warna puzzle yang yang akan disusun. Anak akan mengingat gambar yang dilihat sebelum menyusunnya.
·         Melatih nalar
Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar mereka. Anak akan menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai dengan logika. Jika sudah menaruh bagian kepala berarti perut ada di bagian bawahnya.
Dari serangkaian manfaat untuk menstimulasi perkembangan kognitif yang terapis lakukan untuk pemberian treatment kepada subyek yang ada pada media APE Puzzle Man Body, berdasarkan hasil treatment, subyek sudah dapat memasangkan potongan kepala dan perut dari puzzle tersebut akan tetapi subyek masih merasa kesulitan dalam memasangkan potongan tangan dan kaki pada puzzle tersebut. Pada sesi pemberian treatment ini, terapis sekaligus mengaplikasiakan berbagai anggota tubuh yang ada di media APE Puzzle Man Body pada anggota tubuh subyek  mulai dari kepala, perut, tangan, dan kaki subyek. pada sesi tersebut subyek mampu menunjukkan bagian-bagian anggota tubuh yang terapis sebutkan.
APE Bola berukuran kecil dengan anaka macam warna, bermanfaat untuk mengenalkan warna yang berguna untuk melatih aspek perkembangan kognitif pada anak tersebut. Tidak hanya pada aspek perkembangan kognitifnya saja akan tetapi pada segi aspek motorik. Pada motorik halusnya yaitu diperoleh saat anak menjumput, meraba, memegang bola tersebut dengan  kelima jarinya. Sedangkan rangsangan  motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakan mainnya, melempar, mengangkat, dan sebagainya.
APE dengan Potongan-potongan kertas kecil dalam wadah, Kekuatan otot mulut anak adalah salah satu aspek yang sangat penting sebagai modal dasar untuk berbicara dengan artikulasi yang  jelas. Jika anak masih terdengar cadel saat berbicara, masih kesulitan mengunyah, dan sebagainya mungkin disebabkan oleh otot mulutnya yang belum terlalu kuat. Oleh karena itu. Hal ini dilakukan dengan cara meniup potongan kertas kecil yang berwarna-warni yang ditaruh dalam wadah sehingga nanti ketika ditiup potongan kertas tersebut berhamburan keluar. Hal tersebut melatih oral motorik pada anak dengan menggunakan kertas warna-warna ini sangat penting untuk mengaktifkan saraf-saraf disekitar oral serta melatih kekuatan otot mulut atau oral motor anak.
APE dengan lakban coklat yang dilekatkan dilantai sepanjang dua meter serta kertas warna-warni yang ditempelkan di lantai berbentuk telapak kaki. Hal tersebut  bergun untuk melatih aspek perkembangan kognitif pada anak, karena anak dituntut untuk berjalan sesuai dengan garis lakban sepanjang 2 meter tersebut. Tidak hanya pada aspek kognitifnya saja akan tetapi juga melatih aspek motorik pada anak tersebut.
Berdasarkan treatment yang telah dilaksanakan dengan metode terapi kognitif menggunakan  media Alat Permainan Edukatif (APE) tersebut Subyek (Nando) mengalami perubahan atau peningkatan positif dari segi kognitif dan motorik seperti:
Dalam segi kognitifnya , seperti kemampuan persepsi subyek yang meningkat, Subyek sudah faham ketika subyek (Nando) dipanggil namanya. Padahal dulu ketika terapis bertemu subyek (Nando)  subyek belum faham ketika dipanggil namanya, Subyek mampu memahami intruksi sederhana seperti kata Tiru, Masukkan, Samakan, Duduk, Lihat ke sini, Tangan di lipat dan lain-lain, Subyek juga sudah mampu mengidentifikasi reseptif anggota tubuhnya mulai dari kepala, tangan, perut, dan kaki.
Dalam segi motorik halusnya, kekakuan-kekakuan di area sekitar saraf pada tangan sudah mulai berkurang dari sebelumnya. Subyek sudah dapat menjumput mainan atau alat peraga APE, merabanya, dan memegang dengan kelima jarinya.
Namun pemberian Treatment dalam  hal menyamakan warna, perkembangan saraf oral dan motorik kasar. Seperti meniup potongan kertas kecil yang berwarna-warni dalam wadah, lakban coklat yang dilekatkan dilantai sepanjang dua meter serta kertas warna-warni yang ditempelkan di lantai berbentuk telapak kaki. Pada subyek, belum bisa terlaksanakan dikarenakan pada pertemuan akhir yaitu pada pertemuan ke 16 subyek (Nando) masih pada tahap pemberian treatment berupa puzzle man boddy untuk aspek perkembangan kognitif serta motorik halus subyek. pada pertemuan akhir tersebut subyek masih kesulitan dalam hal memasangkan potongan tangan dan kaki pada media puzzle tersebut sehingga terapis tidak ingin beralih melanjutkan pada treatment selanjutnya sebelum subyek dapat menyelesaikan atau memasangkan potongan tangan dan kaki dari puzzle tersebut dengan baik dan benar.
  

BAB V
Kesimpulan dan Saran

A.    Kesimpulan
Cerebral palsy menurut arti kata berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam otak. Dimana anak yang menderita CP dapat mengalami gangguan syaraf permanen yang mengakibatkan anak terganggu fungsi motorik kasar, motorik halus, juga kemampuan bicara atau komunikasi dan gangguan kognitif serta gangguan lainnya.
Ketidakmampuan-ketidakmampuan kognitif, adakalanya dirujuk sebagai penundaan perkembangan, seringkali dihubungkan dengan cerebral palsy. Sampai dengan 50% dari pasien-pasien dengan cerebral palsy mempunyai ketidakmampuan-ketidakmampian kognitif.
Cerebral palsy menggambarkan sekelompok gangguan permanen perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan nonprogressive yang terjadi di otak janin atau bayi berkembang.
Bayi lahir prematur berisiko mengalami CP. CP biasanya berkembang pada usia 2 atau 3 tahun dan ini merupakan gangguan otak nonprogressive, berarti kerusakan otak tidak terus memburuk sepanjang hidup. Namun, gejala akibat kerusakan otak sering mengalami perubahan dari waktu ke waktu, kadangkala menjadi lebih baik dan kadangkala semakin parah.
Berdasarkan treatment yang telah dilaksanakan dengan metode terapi kognitif menggunakan media Alat Permainan Edukatif (APE) tersebut Subyek (Nando) mengalami perubahan atau peningkatan positif dari segi perkembangan motorik dan khususnya pada perkembangan kognitif subyek seperti:
Dalam segi kognitifnya , seperti kemampuan persepsi subyek yang meningkat, Subyek sudah faham ketika subyek (Nando) dipanggil namanya, Subyek mampu memahami intruksi sederhana seperti kata Tiru, Masukkan, Samakan, Duduk, Lihat ke sini, Tangan di lipat dan lain-lain, Subyek juga sudah mampu mengidentifikasi reseptif anggota tubuhnya mulai dari kepala, tangan, perut, dan kaki.
Dalam segi motorik halusnya, kekakuan-kekakuan di area sekitar saraf pada tangan sudah mulai berkurang dari sebelumnya. Subyek sudah dapat menjumput mainan atau alat peraga APE, merabanya, dan memegang dengan kelima jarinya.

B.     Saran
1.      Pihak Orangtua
Dengan mengetahui beberapa gejala CP diharapkan orang tua akan lebih mampu memahami kondisi anaknya yang mengalami gangguan Cerebral Palsy. Jalan yang terbaik adalah :
a)      Memahami kondisi anak. 
b)      Berkonsultasi dengan dokter. 
c)      Terapi secara teratur. 
d)     dan yang terpenting adalah dukungan dari lingkungan keluarga, karena dukungan dari keluarga akan menumbuhkan kepercayaan diri pada anak dan berdampak pada motivasi anak dalam melakukan berbagai kegiatan,
2.      Pihak Terapis
Menjalin kerjasama dengan pihak orang tua sehingga kedua belah pihak dapat saling memantau perkembangan dan keadaan anak dan dapat lebih baik lagi dalam mengatasi keadaan yang terjadi pada anak tersebut.





2 komentar:

  1. The best online casino site in UK for you! - Lucky Club
    Join our huge range of online casino sites in 2021, including Slots, Roulette and Blackjack, 카지노사이트luckclub with over 30 casino games!

    BalasHapus
  2. Hard Rock Hotel & Casino Lake Tahoe - Mapyro
    Search for 대전광역 출장샵 Hard Rock Hotel & 광양 출장마사지 Casino Lake 양주 출장마사지 Tahoe, 동해 출장샵 Lake Tahoe 경기도 출장마사지 with live traffic updates, reviews and Uber price estimates based on 1,077 reviews.

    BalasHapus