Gangguan ADHD Pada Anak
Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu kondisi yang menghalangi anak dari kemampuan mereka
untuk fokus dan memberikan perhatian terhadap suatu hal. Anak-anak dengan ADHD
mudah gelisah dan mudah terganggu. Hal tersebut membuat Anak sulit untuk tetap
“pada tugasnya,” apakah itu mendengarkan guru atau menyelesaikan tugas yang
diberikan. Insitut Nasional Kesehatan Jiwa di Amerika memperkirakan 3% sampai
5% anak-anak memiliki ADHD, tetapi beberapa ahli percaya angka tersebut
bisa sebesar 10%.
Pada
anak normal seringkali menunjukkan tanda-tanda: kurang perhatian, mudah
teralihkan perhatiannya, emosi yang meledak-ledak bahkan aktifitas yang
berlebihan. Hanya saja pada anak dengan kelainan ADHD, gejala-gejala ini lebih
sering muncul dan lebih berat kualitasnya dibandingkan anak normal seusianya. ADHD adalah suatu gangguan perkembangan yang
munculnya pada usia kanak-kanak. Umumnya muncul sekitar usia 3 tahun.
Anak
yang masuk golongan Attention Deficit Hyperacitivity Disorder. Ciri utamanya
adalah kesulitan untuk berkonsentrasi dan mengendalikan emosi serta
perilakunya. Ada yang hanya mengalami kesulitan memusatkan perhatian untuk
kurun yang lama; ada pula yang tidak dapat mengendalikan perilaku dan emosinya
akibat energi yang berlebihan.
3 Gejala Utama ADHD
1. Inatensi (Kurangnya kemampuan untuk
memusatkan perhatian). Seperti,
a. Jarang menyelesaikan perintah
sampai tuntas.
b. Mainan, dll. sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama
oleh rangsang
suara).
2. Hiperaktif (Perilaku yang tidak bisa diam).
Seperti,
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam,
mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang
seusia.
g. Suka teriak-teriak
3. Impulsive
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk
mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar) dan anak-anak mudah gelisah.
Seperti,
a. Sering mengambil mainan teman
dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
d. Sering bertindak tanpa dipikir
dahulu.
Hambatan Anak ADHD
ADHD merupakan gangguan perkembangan pada anak. Hambatan tersebut
menyebabkan dampak bagi dirinya sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pada umumnya rentang konsentrasi anak ADHD sangat rendah sehingga
anak ADHD mudah lupa, gagal dalam mengingat suatu obyek dan gagal dalam
mengerjakan tugas yang diberikan. Anak ADHD relatif sukar untuk memecahkan
berbagai problem yang sifatnya kompleks. Kondisi tersebut mengakibatkan anak
mengalami kesukaran di sekolah. Pada perkembangan emosi, anak ADHD mempunyai
kelemahan pada sistem limbic patgway yang mempunyai tugas mengatur emosi dan
perilaku.
Akibatnya anak ADHD tidak dapat mengendalikan emosi dan tiangkahlakunya.
(Suprapti, 1994). Bohlin (1994) menjelaskan bahwa: Anak ADHD memiliki
problem-problem emosi. Emosinya meledak-ledak dan suka marah dengan
tiba-tiba. Anak yang mengidap ADHD cenderung
peka secara berlebihan dan hal ini membuatnya mudah tersinggung dan marah. Digambarkan bahwa emosi anak ADHD itu tidak
masak, kematangan emosinya sangat sensitif, harga diri rendah, toleransi
kurang, frustasi (tidak sabar), adanya gejala depresi dan cemas. Melihat
kondisi tersebut maka perkembangan emosi anak ADHD mengalami gangguan dan
hambatan. Diakibatkan perkembangan emosi dan perilakunya yang terganggu
perkembangan sosial anak ADHD pun mengalami hambatan. Bruno D’Alonzo (1996)
mengatakan bahwa: Anak ADHD mempunyai kemampuan bersosialisasi yang rendah,
harga diri yang rendah, dan sering mengasingkan diri, anak ADHD sering
tidak dapat bergaul dengan teman-temannya, mereka cenderung tidak disukai
namun anak tidak tahu cara memperbaikinya.
Anak ADHD selalu ditolak oleh teman-temannya, karena anak ADHD
menuntut perhatian, membosankan, sulit menunggu giliran dan sering
mengulang-ngulang tugas.Dari terhambatnya perkembangan-perkembangan tersebut
maka berpengaruh pada perilaku di kehidupan sehari-harinya.
Penyebab ADHD
Anak-anak
dengan ADHD memiliki aktivitas yang kurang di daerah otak yang mengendalikan
perhatian. Mereka juga mungkin memiliki ketidakseimbangan kimia otak yang
disebut neurotransmitter. Masih belum jelas apa yang menyebabkan penyimpangan
tersebut, tapi ADHD berjalan dalam keluarga, karena itu banyak ahli percaya
bahwa genetika berperan dalam ADHD.
Terapi untuk ADHD
1.
Terapi Perilaku (Behavioral Therapy)
Anak dengan ADHD mungkin menunjukkan
reaksi berlebihan terhadap situasi tertentu. Anak mungkin juga menunjukkan
perilaku lebih agresif dibandingkan dengan teman-temannya. Pada kasus ini, terapi perilaku membantu anak untuk lebih bisa
mengontrol perilaku dan mengendalikan tindakan mereka. Diharapkan anak mampu mengendalikan reaksi berlebihan, kemarahan,
serta menjadikannya lebih tenang. Terapi
perilaku menyasar perubahan cara berpikir serta perilaku anak.
2.
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)
Sisi kognitif membantu seseorang untuk
merasa, belajar, dan berargumen. Dengan demikian, sisi kognitiflah yang mengendalikan
emosi dan perasaan. Sebagian orang mungkin mengalami gangguan emosi yang
mengarah pada tindakan negatif dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
mengatasinya. Terapi kognitif itujukan untuk membantu seseorang mengendalikan
pikiran dan emosi yang akan mewujud pada perilaku yang lebih positif. Terapi
ini akan melatih anak dengan ADHD untuk berpikir terlebih dahulu sebelum
bertindak. Terapi kognitif sering digunakan bersama dengan terapi perilaku.
3.
Terapi Membaca (Literary Therapy)
Terapi ini mengguanakan buku, artikel
dan bahan bacaan lain untuk membantu pasien mengatasi gejala ADHD. Terapi ini
pada dasarnya dimaksudkan untuk remaja dan orang dewasa. Terapi membaca
ditujukan seseorang memahami masalah yang dihadapinya secara mendalam dengan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya perihal masalah tersebut.. Membaca
juga membantu pasien untuk memfokuskan seluruh energi pada kegiatan tertentu
dalam waktu lama yang bermanfaat untuk menyalurkan energi secara kontruktif.
4.
Terapi Bicara
Melalui terapi bicara, orang tua
didorong untuk selalu berkomunikasi dengan anak serta membicarakan apa yang
dikatakan anak. Terapi bicara didasarkan pada prinsip bahwa ADHD dapat
disembuhkan, jika anggota keluarga menunjukkan dukungan, cinta dan perhatian
dengan memberikan waktu untuk mendengarkan anak.
Mencegah ADHD
Tidak ada cara
pasti untuk mencegah ADHD pada anak-anak, tetapi ada beberapa langkah yang
dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko. Anda dapat meningkatkan kemungkinan
anak Anda untuk tidak memiliki ADHD dengan tetap sehat selama kehamilan.
Mulailah dengan menghindari alkohol, obat-obatan, dan rokok selama kehamilan.
Anak-anak yang ibunya merokok selama kehamilan memiliki kemungkinan dua kali
lebih besar untuk terkena ADHD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar