Rabu, 06 Agustus 2014

Gangguan ADHD Pada Anak


Gangguan ADHD Pada Anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu kondisi yang menghalangi anak dari kemampuan mereka untuk fokus dan memberikan perhatian terhadap suatu hal. Anak-anak dengan ADHD mudah gelisah dan mudah terganggu. Hal tersebut membuat Anak sulit untuk tetap “pada tugasnya,” apakah itu mendengarkan guru atau menyelesaikan tugas yang diberikan. Insitut Nasional Kesehatan Jiwa di Amerika memperkirakan 3% sampai 5% anak-anak memiliki ADHD, tetapi beberapa ahli percaya angka tersebut bisa sebesar 10%.
Pada anak normal seringkali menunjukkan tanda-tanda: kurang perhatian, mudah teralihkan perhatiannya, emosi yang meledak-ledak bahkan aktifitas yang berlebihan. Hanya saja pada anak dengan kelainan ADHD, gejala-gejala ini lebih sering muncul dan lebih berat kualitasnya dibandingkan anak normal seusianya. ADHD adalah suatu gangguan perkembangan yang munculnya pada usia kanak-kanak. Umumnya muncul sekitar usia 3 tahun.
Anak yang masuk golongan Attention Deficit Hyperacitivity Disorder. Ciri utamanya adalah kesulitan untuk berkonsentrasi dan mengendalikan emosi serta perilakunya. Ada yang hanya mengalami kesulitan memusatkan perhatian untuk kurun yang lama; ada pula yang tidak dapat mengendalikan perilaku dan emosinya akibat energi yang berlebihan.

3 Gejala Utama ADHD

1.      Inatensi (Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian). Seperti,

a.       Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.

b.      Mainan, dll. sering tertinggal.

c.       Sering membuat kesalahan.

d.      Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).

2.      Hiperaktif (Perilaku yang tidak bisa diam). Seperti,

a.       Banyak bicara.

b.      Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.

c.       Sering membuat gaduh suasana.

d.      Selalu memegang apa yang dilihat.

e.       Sulit untuk duduk diam.

f.       Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.

g.      Suka teriak-teriak

3.      Impulsive

Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar) dan anak-anak mudah gelisah. Seperti,

a.       Sering mengambil mainan teman dengan paksa.

b.      Tidak sabaran.

c.       Reaktif.

d.      Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

Hambatan Anak ADHD
ADHD merupakan gangguan perkembangan pada anak. Hambatan tersebut menyebabkan dampak bagi dirinya sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada umumnya rentang konsentrasi anak ADHD sangat rendah sehingga anak ADHD mudah lupa, gagal dalam mengingat suatu obyek dan gagal dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Anak ADHD relatif sukar untuk memecahkan berbagai problem yang sifatnya kompleks. Kondisi tersebut mengakibatkan anak mengalami kesukaran di sekolah. Pada perkembangan emosi, anak ADHD mempunyai kelemahan pada sistem limbic patgway yang mempunyai tugas mengatur emosi dan perilaku.
Akibatnya anak ADHD tidak dapat mengendalikan emosi dan tiangkahlakunya. (Suprapti, 1994). Bohlin (1994) menjelaskan bahwa: Anak ADHD memiliki problem-problem emosi. Emosinya meledak-ledak dan suka marah dengan tiba-tiba. Anak yang mengidap ADHD cenderung peka secara berlebihan dan hal ini membuatnya mudah tersinggung dan marah. Digambarkan bahwa emosi anak ADHD itu tidak masak, kematangan emosinya sangat sensitif, harga diri rendah, toleransi kurang, frustasi (tidak sabar), adanya gejala depresi dan cemas. Melihat kondisi tersebut maka perkembangan emosi anak ADHD mengalami gangguan dan hambatan. Diakibatkan perkembangan emosi dan perilakunya yang terganggu perkembangan sosial anak ADHD pun mengalami hambatan. Bruno D’Alonzo (1996) mengatakan bahwa: Anak ADHD mempunyai kemampuan bersosialisasi yang rendah, harga diri yang rendah, dan sering mengasingkan diri, anak ADHD sering tidak dapat bergaul dengan teman-temannya, mereka cenderung tidak disukai namun anak tidak tahu cara memperbaikinya.
Anak ADHD selalu ditolak oleh teman-temannya, karena anak ADHD menuntut perhatian, membosankan, sulit menunggu giliran dan sering mengulang-ngulang tugas.Dari terhambatnya perkembangan-perkembangan tersebut maka berpengaruh pada perilaku di kehidupan sehari-harinya.

Penyebab ADHD
Anak-anak dengan ADHD memiliki aktivitas yang kurang di daerah otak yang mengendalikan perhatian. Mereka juga mungkin memiliki ketidakseimbangan kimia otak yang disebut neurotransmitter. Masih belum jelas apa yang menyebabkan penyimpangan tersebut, tapi ADHD berjalan dalam keluarga, karena itu banyak ahli percaya bahwa genetika berperan dalam ADHD.
Terapi untuk ADHD
1.      Terapi Perilaku (Behavioral Therapy)
Anak dengan ADHD mungkin menunjukkan reaksi berlebihan terhadap situasi tertentu. Anak mungkin juga menunjukkan perilaku lebih agresif dibandingkan dengan teman-temannya. Pada kasus ini, terapi perilaku membantu anak untuk lebih bisa mengontrol perilaku dan mengendalikan tindakan mereka. Diharapkan anak mampu mengendalikan reaksi berlebihan, kemarahan, serta menjadikannya lebih tenang. Terapi perilaku menyasar perubahan cara berpikir serta perilaku anak.
2.      Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)
Sisi kognitif membantu seseorang untuk merasa, belajar, dan berargumen. Dengan demikian, sisi kognitiflah yang mengendalikan emosi dan perasaan. Sebagian orang mungkin mengalami gangguan emosi yang mengarah pada tindakan negatif dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengatasinya. Terapi kognitif itujukan untuk membantu seseorang mengendalikan pikiran dan emosi yang akan mewujud pada perilaku yang lebih positif. Terapi ini akan melatih anak dengan ADHD untuk berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Terapi kognitif sering digunakan bersama dengan terapi perilaku.
3.      Terapi Membaca (Literary Therapy)
Terapi ini mengguanakan buku, artikel dan bahan bacaan lain untuk membantu pasien mengatasi gejala ADHD. Terapi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk remaja dan orang dewasa. Terapi membaca ditujukan seseorang memahami masalah yang dihadapinya secara mendalam dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya perihal masalah tersebut.. Membaca juga membantu pasien untuk memfokuskan seluruh energi pada kegiatan tertentu dalam waktu lama yang bermanfaat untuk menyalurkan energi secara kontruktif.
4.      Terapi Bicara
Melalui terapi bicara, orang tua didorong untuk selalu berkomunikasi dengan anak serta membicarakan apa yang dikatakan anak. Terapi bicara didasarkan pada prinsip bahwa ADHD dapat disembuhkan, jika anggota keluarga menunjukkan dukungan, cinta dan perhatian dengan memberikan waktu untuk mendengarkan anak.

Mencegah ADHD
Tidak ada cara pasti untuk mencegah ADHD pada anak-anak, tetapi ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko. Anda dapat meningkatkan kemungkinan anak Anda untuk tidak memiliki ADHD dengan tetap sehat selama kehamilan. Mulailah dengan menghindari alkohol, obat-obatan, dan rokok selama kehamilan. Anak-anak yang ibunya merokok selama kehamilan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk terkena ADHD.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar