NAMA :
Eka Safa’ati
Gangguan Obsesif
kompulsif (OCD)
Obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD)
adalah gangguan yang ditandai dengan pikiran negatif yang membuat penderita
merasa gelisah, takut, dan khawatir. Sehingga untuk menghilangkan kecemasan
itu, ada obsesi berlebihan dari si penderita.
Seperti yang dilansir situs Howstuffworks, OCD merupakan gangguan kecemasan, di mana
kehidupan seseorang didominasi oleh pikiran-pikiran (obsesi) yang
ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk
menurunkan kecemasannya. Gangguan kecemasan yang berlebihan juga dapat
mengganggu kegiatan sehari-hari, mengorbankan hubungan, dan menghancurkan kehidupan.
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive
Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari
pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan
mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya
tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
Penderita gangguan ini mungkin telah
berusaha untuk melawan pikiran-pikiran menganggu tersebut yang timbul secara
berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan melakukan tindakan
berulang untuk memastikan segala sesuatunya baik-baik saja.
Obsessive-compulsive disorder (OCD)
diklasifikasikan sebagai anxiety disorder (gangguan kecemasan) tetapi menjadi
berbeda dari anxiety disorder lain dalam berbagai hal. Obsesif-kompulsif
merupakan suatu gangguan anxietas dimana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang
menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus menerus
mengulang tindakan tertentu, menyebabkan distres yang signifikan dan mengganggu
keberfungsian sehari-hari. Gangguan obsesif kompulsif juga menunjukkan
komorbiditas dengan gangguan anxietas lain, terutama dengan gangguan panik dan
fobia (Austin dkk, 1990).
Penyebab Obsesif Kompulsif adalah:
1. Genetik -
(Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai
sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive
Disorder).
2. Organik – Masalah
organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga
merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh
meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
3. Kepribadian - Mereka
yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD.
Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan
mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan,
cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
4. Pengalaman
masa lalu - Pengalaman masa lalu atau lampau juga mudah
mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan
gejala OCD.
5. Gangguan
obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau
riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif
seringkali juga menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi.
6. Konflik - Mereka
yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari
masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja,
keyakinan diri.
Individu yang beresiko
Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif
adalah;
·
Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga
dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori
ini masih dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan)
·
Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus
frontalis, ganglia basalis dan singulum.
·
Individu yang memilki intensitas stress yang
tinggi
·
Riwayat gangguan kecemasan
·
Depresi
·
Individu yang mengalami gangguan seksual
Berbagai perilaku gangguan yang sering terjadi :
ü Membersihkan
atau mencuci tangan
ü Memeriksa
atau mengecek
ü Menyusun
ü Mengkoleksi
atau menimbun barang
ü Menghitung
atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif)
ü Takut
terkontaminasi penyakit/kuman
ü Takut
membahayakan orang lain
ü Takut
salah
ü Takut
dianggap tidak sopan
ü Perlu
ketepatan atau simetri
ü Bingung atau
keraguan yang berlebihan.
ü Mengulang
berhitung berkali-kali (cemas akan kesalahan pada urutan bilangan)
Gejala-gejala ini dapat membuat penderita OCD terlihat seperti orang
paranoid dan dapat berkembang menjadi psikotik (gangguan jiwa). Seseorang akan
merasa letih terus menerus (karena begitu bangun, banyak ritual yang harus
dilakukan), kurang tidur, kurang pergaulan (menghindari ritualnya dilihat oleh
teman-temannya), atau juga kurang percaya diri (karena merasa dirinya berbeda
dengan teman-temannya). Gangguan obsesif kompulsif dapat terjadi pada anak-anak
dan orang dewasa, puncaknya pada usia 20 tahun. Kurang lebih 1 dari 100 orang
dewasa di USA mempunyai OCD dan sepertiga diantaranya telah mempunyai gejala
ini sejak masa kecil. Jadi memang onset awalnya adalah pada usia anak-anak
sehingga dibutuhkan perhatian khusus sejak awal.
Cara
Mengatasi Obsesi Berlebihan
Terapi utama adalah Cognitive
Behavioral Therapy (CBT), yang merupakan terapi paling penting dalam penyakit
ini. Pada terapi ini, diajarkan teknik exposure and response prevention (ERP)
dimana seseorang dipaparkan pada stimulus mereka (obsesif), tanpa menyerah
untuk melakukan kompulsif. ERP membantu mereka untuk menemukan bahwa ketakutan
mereka tidak akan menjadi nyata. Para ahli menyetujui bahwa terapi ini
merupakan terapi pilihan. Memang dibutuhkan waktu yang lama untuk mengatasi OCD
ini, sehingga butuh kesabaran dan ketekunan.
Untuk terapi dengan obat, biasanya
digunakan golongan antidepresi dosis tinggi. Yang sering digunakan adalah
fluoksetine, fluvoxamine, paroxetine, citalopram dan sertraline. Obat anticemas
juga biasanya digunakan pada gangguan kecemasan yang berat seperti klonopin dan
xanax. Semua obat OCD berkerja secara perlahan dan baru terlihat efeknya
setelah 10 sampai 12 minggu. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan, tapi hanya
mengurangi gejala yang terjadi. Pemberian obat medis
hanya bisa dilakukan oleh dokter. Pemberian obat-obatan haruslah melalui
kontrol yang ketat karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek samping
yang merugikan. Pada kasus yang jarang bisa juga dilakukan
psychosurgery (salah satu jenis bedah otak) untuk memodifikasi saraf-saraf di
otak yang menyebabkan obsesif kompulsif. Tingkat kepuasan dari tindakan operasi
berkisar 25-70% dan cukup memuaskan untuk OCD namun tidak begitu berguna untuk
gangguan kecemasan/mood lainnya. Terapi memang terdengar menyeramkan pada
awalnya, tapi setelah dilakukan terus menerus, lama-lama kamu akan biasa dengan
hal tersebut dan lepas dari semua ritual-ritual (OCD)
Selain
itu Meditasi
untuk orang-orang dengan obsesi tinggi dapat membuat pikiran mereka menjadi
jernih dan tenang. Jangan mengandalkan emosi yang hanya membuat masalah
tersebut semakin runyam. Latihan pernafasan bisa membantu untuk mengendalikan
pikiran supaya tetap berhati-hati dalam menyikapi persoalan yang terjadi.
Referensi
Davidson, C Gerald, Neale, John M, Kring, Ann M (2006)
Psikologi Abnormal Edisi ke-9, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Butcher, James N, Mineka, Susan, Hooley, Jill M (2008)
Abnormal Psychology Core Concepts, Pearson Education Inc
Kaplan & Saddock’s synopsis of psychiatry 10th ed:
anxiety disorders
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/26/060491395/3-Cara-Mengatasi-Obsesi-Berlebihan
Saya Arief, pendiri Komunitas Bebas OCD Indonesia. Komunitas kami memiliki forum komunikasi di Whatsapp. Bagi teman-teman yang memiliki masalah OCD dan ingin dimasukkan ke forum tsb, silakan kirim pesan Whatsapp ke saya di 0812 8888 2464. No phone call please. Terima kasih.
BalasHapus