Senin, 04 Agustus 2014

Gangguan Obsesif kompulsif (OCD)

NAMA           : Eka Safa’ati

Gangguan Obsesif kompulsif (OCD)
Obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan yang ditandai dengan pikiran negatif yang membuat penderita merasa gelisah, takut, dan khawatir. Sehingga untuk menghilangkan kecemasan itu, ada obsesi berlebihan dari si penderita.
Seperti yang dilansir situs Howstuffworks, OCD merupakan gangguan kecemasan, di mana kehidupan seseorang didominasi oleh pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya. Gangguan kecemasan yang berlebihan juga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari, mengorbankan hubungan, dan menghancurkan kehidupan.
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
Penderita gangguan ini mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran menganggu tersebut yang timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya baik-baik saja.
Obsessive-compulsive disorder (OCD) diklasifikasikan sebagai anxiety disorder (gangguan kecemasan) tetapi menjadi berbeda dari anxiety disorder lain dalam berbagai hal. Obsesif-kompulsif merupakan suatu gangguan anxietas dimana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus menerus mengulang tindakan tertentu, menyebabkan distres yang signifikan dan mengganggu keberfungsian sehari-hari. Gangguan obsesif kompulsif juga menunjukkan komorbiditas dengan gangguan anxietas lain, terutama dengan gangguan panik dan fobia (Austin dkk, 1990).
Penyebab Obsesif Kompulsif adalah: 
1.      Genetik - (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder). 
2.      Organik – Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD. 
3.      Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah. 
4.      Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu atau lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
5.      Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi. 
6.      Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.
Individu yang beresiko
Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah; 
·         Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan) 
·         Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum. 
·         Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi 
·         Riwayat gangguan kecemasan 
·         Depresi 
·         Individu yang mengalami gangguan seksual
Berbagai perilaku gangguan yang sering terjadi : 
ü  Membersihkan atau mencuci tangan 
ü  Memeriksa atau mengecek 
ü  Menyusun 
ü  Mengkoleksi atau menimbun barang 
ü  Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif) 
ü  Takut terkontaminasi penyakit/kuman 
ü  Takut membahayakan orang lain 
ü  Takut salah 
ü  Takut dianggap tidak sopan 
ü  Perlu ketepatan atau simetri 
ü  Bingung atau keraguan yang berlebihan. 
ü  Mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan kesalahan pada urutan bilangan)
Gejala-gejala ini dapat membuat penderita OCD terlihat seperti orang paranoid dan dapat berkembang menjadi psikotik (gangguan jiwa). Seseorang akan merasa letih terus menerus (karena begitu bangun, banyak ritual yang harus dilakukan), kurang tidur, kurang pergaulan (menghindari ritualnya dilihat oleh teman-temannya), atau juga kurang percaya diri (karena merasa dirinya berbeda dengan teman-temannya). Gangguan obsesif kompulsif dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, puncaknya pada usia 20 tahun. Kurang lebih 1 dari 100 orang dewasa di USA mempunyai OCD dan sepertiga diantaranya telah mempunyai gejala ini sejak masa kecil. Jadi memang onset awalnya adalah pada usia anak-anak sehingga dibutuhkan perhatian khusus sejak awal.
Cara Mengatasi Obsesi Berlebihan
Terapi utama adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT), yang merupakan terapi paling penting dalam penyakit ini. Pada terapi ini, diajarkan teknik exposure and response prevention (ERP) dimana seseorang dipaparkan pada stimulus mereka (obsesif), tanpa menyerah untuk melakukan kompulsif. ERP membantu mereka untuk menemukan bahwa ketakutan mereka tidak akan menjadi nyata. Para ahli menyetujui bahwa terapi ini merupakan terapi pilihan. Memang dibutuhkan waktu yang lama untuk mengatasi OCD ini, sehingga butuh kesabaran dan ketekunan.
Untuk terapi dengan obat, biasanya digunakan golongan antidepresi dosis tinggi. Yang sering digunakan adalah fluoksetine, fluvoxamine, paroxetine, citalopram dan sertraline. Obat anticemas juga biasanya digunakan pada gangguan kecemasan yang berat seperti klonopin dan xanax. Semua obat OCD berkerja secara perlahan dan baru terlihat efeknya setelah 10 sampai 12 minggu. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan, tapi hanya mengurangi gejala yang terjadi. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter. Pemberian obat-obatan haruslah melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek samping yang merugikan. Pada kasus yang jarang bisa juga dilakukan psychosurgery (salah satu jenis bedah otak) untuk memodifikasi saraf-saraf di otak yang menyebabkan obsesif kompulsif. Tingkat kepuasan dari tindakan operasi berkisar 25-70% dan cukup memuaskan untuk OCD namun tidak begitu berguna untuk gangguan kecemasan/mood lainnya. Terapi memang terdengar menyeramkan pada awalnya, tapi setelah dilakukan terus menerus, lama-lama kamu akan biasa dengan hal tersebut dan lepas dari semua ritual-ritual (OCD)
Selain itu Meditasi untuk orang-orang dengan obsesi tinggi dapat membuat pikiran mereka menjadi jernih dan tenang. Jangan mengandalkan emosi yang hanya membuat masalah tersebut semakin runyam. Latihan pernafasan bisa membantu untuk mengendalikan pikiran supaya tetap berhati-hati dalam menyikapi persoalan yang terjadi.

Referensi
Davidson, C Gerald, Neale, John M, Kring, Ann M (2006) Psikologi Abnormal Edisi ke-9, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Butcher, James N, Mineka, Susan, Hooley, Jill M (2008) Abnormal Psychology Core Concepts, Pearson Education Inc
Kaplan & Saddock’s synopsis of psychiatry 10th ed: anxiety disorders
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/26/060491395/3-Cara-Mengatasi-Obsesi-Berlebihan





1 komentar:

  1. Saya Arief, pendiri Komunitas Bebas OCD Indonesia. Komunitas kami memiliki forum komunikasi di Whatsapp. Bagi teman-teman yang memiliki masalah OCD dan ingin dimasukkan ke forum tsb, silakan kirim pesan Whatsapp ke saya di 0812 8888 2464. No phone call please. Terima kasih.

    BalasHapus